Oleh: Jajang Badruzaman*
BANDUNGMU.COM — Mahasiswa selalu dianggap sebagai ujung tombak perjuangan rakyat di berbagai negara. Mereka adalah penyalur aspirasi masyarakat yang independen, bebas dari pengaruh politik kepartaian. Pandangan ini telah tertanam dalam benak generasi terdahulu, menjadikan mahasiswa sebagai simbol harapan dan kepercayaan rakyat.
Posisi ini bukan sekadar nostalgia kejayaan masa lalu, melainkan tanggung jawab moral yang harus terus diemban oleh mahasiswa sebagai penerus generasi sebelumnya. Perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat tidak akan selesai hanya dengan bergantinya pemimpin atau runtuhnya sebuah rezim.
Tugas mahasiswa sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) harus tetap dijalankan secara konsisten. Ketidakpekaan mahasiswa terhadap permasalahan masyarakat, terutama kebijakan pemerintah yang sering kali dibungkus dengan dalih kesejahteraan rakyat, hanya akan memperburuk keadaan.
Posisi Mahasiswa Saat Ini
Saat ini, posisi mahasiswa sebagai pelopor perubahan tampak mulai kehilangan arah. Peran mereka sebagai pengayom masyarakat dan pengontrol kebijakan pemerintah perlahan memudar. Banyak mahasiswa kini lebih terfokus pada kehidupan glamor dan orientasi dunia kerja, sehingga daya kritis terhadap isu-isu sosial melemah.
Bahkan, sebagian mahasiswa terjebak dalam kepentingan politik praktis, menjadikan organisasi mahasiswa sebagai alat atau kepanjangan tangan partai politik. Fenomena ini tidak hanya merusak idealisme kemahasiswaan. Namun, juga mengkhianati tanggung jawab mereka terhadap rakyat. Kondisi ini menciptakan krisis kepercayaan, memperburam posisi mahasiswa dalam masyarakat.
Reorientasi Gerakan Mahasiswa
Dalam situasi seperti ini, reorientasi gerakan mahasiswa menjadi keharusan. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa dan membangun kembali militansi melalui proses kaderisasi yang efektif.
Kaderisasi adalah inti dari keberlanjutan sebuah organisasi atau pergerakan. Tanpa kaderisasi yang baik, organisasi mahasiswa hanya akan kehilangan arah dan tujuan.
Meningkatkan pola kaderisasi berarti memperkuat landasan perjuangan mahasiswa sebagai gerakan yang berkelanjutan, sebuah never-ending movement. Dengan demikian, mahasiswa dapat kembali menjalankan perannya sebagai agen perubahan yang kritis, independen, dan berpihak pada rakyat. Reorientasi ini bukan hanya untuk mengembalikan kejayaan masa lalu, melainkan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
*Sekretaris Pimpinan Komisariat IMM UIN Bandung 2007-2008