PMB Uhamka
Opini

PCM Cibeunying Kidul: Tempat Menetasnya Kader Militan Muhammadiyah

×

PCM Cibeunying Kidul: Tempat Menetasnya Kader Militan Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ace Somantri*

BANDUNGMU.COM — Tidak disangka dan tidak diduga, semua terjadi atas izin dan kehendak Allah Ta’ala. Jauh dari perkiraan, saat saya diundang dan diminta oleh pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Cibeunying Kidul, Kota Bandung, untuk mengisi pengajian Muhammadiyah.

Pengajian ini merupakan wujud nyata dalam merawat tradisi persyarikatan yang sudah lama berdiri. PCM Cibeunying Kidul adalah salah satu cabang Muhammadiyah yang cukup legendaris di Kota Bandung.

Cabang ini berdiri cukup lama dan berasal dari Cabang Muhammadiyah Bandung Timur. Di lingkungan cabang ini, banyak lahir kader-kader Muhammadiyah Kota Bandung yang militan. Mereka telah menjadi tokoh persyarikatan, tidak hanya di tingkat daerah, tetapi juga di tingkat wilayah dan bahkan pusat.

Harapan besar tertumpu pada para penggerak persyarikatan saat ini. Yakni agar mereka dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dapat menjaga, merawat, dan meningkatkan mutu gerakan Muhammadiyah dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Merasa bangga dan memberikan apresiasi tinggi kepada PCM Cibeunying Kidul dan seluruh warga Muhammadiyah yang berdomisili di wilayah tersebut. Saat tiba di lokasi pengajian di Masjid Al-Anwar, salah satu masjid milik cabang yang menjadi pusat kegiatan keagamaan, saya disambut hangat dan ramah oleh pengurus PCM Cibeunying Kidul.

Tanpa menunggu lama, saya langsung bergegas menuju lantai dua tempat acara pengajian berlangsung. Wajah-wajah para pejuang dakwah Muhammadiyah terlihat khusyuk menyimak pemandu acara yang sedang memimpin.

Ternyata, yang memandu acara tersebut adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Bandung. Alhamdulillah, rasa bangga dan bahagia menyelimuti hati saya saat melihat bahwa pemandu acara adalah seorang kader yang juga tercatat sebagai mahasiswa di kampus Muhammadiyah. Kebetulan, ia pernah berinteraksi dengan saya dalam salah satu mata kuliah yang saya ampu di kampus tersebut.

Tidak berselang lama, setelah sambutan dari Ketua PCM Cibeunying Kidul, H Syarifudin, saya diberikan kesempatan untuk naik mimbar dan memberikan kata-kata dalam pengajian tersebut.

Baca Juga:  6 Keterampilan Guru Abad 21

Dalam sambutan pertama, saya menyampaikan bahwa Muhammadiyah Cabang Cibeunying Kidul telah banyak melahirkan kader-kader militan. Secara pribadi, saya juga pernah menjadi santri dari salah satu kader terbaik Muhammadiyah Cibeunying Kidul, yaitu KH Ayat Dimyati.

Beliau yang secara intensif membimbing saya menjadi kader Muhammadiyah hingga saya melepas masa lajang. Selain itu, saya juga dibimbing dalam proses pengkaderan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Kang Karman, yang juga merupakan kader dari Cibeunying Kidul.

Allahumagfirlahum, semoga mereka yang telah mendahului kita dipanggil oleh Allah Ta’ala dan diberikan tempat terbaik di jannatun na’im. Mereka adalah kader-kader terbaik yang lahir dari lingkungan persyarikatan Muhammadiyah Cibeunying Kidul.

Saat mereka berdua masih ada dalam kondisi sehat dan bugar, saya sebagai salah satu kader yang dibimbing dengan sangat dekat merasa sangat beruntung. Karena sering berinteraksi langsung, saya tidak canggung untuk berbicara tentang hal-hal pribadi dengan mereka, terutama dengan KH Ayat Dimyati.

Beliau bukan hanya sekedar guru, melainkan sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri selama saya menjadi anak didik hingga berkhidmat di Muhammadiyah. Saya tersentak dan merasa sangat sedih saat mendapat kabar beliau meninggal.

Nyaris tidak ada lagi sosok yang sebersih dan setulus beliau dalam mendidik dan membimbing kemuhammadiyahan tanpa beban dan ragu. Kapan pun dihubungi atau ditemui, beliau selalu siap bersedia.

Saya berharap di Cabang Muhammadiyah Cibeunying Kidul terus lahir kader-kader militan Muhammadiyah seperti mereka berdua dan yang lainnya. Kita yakini dengan giat dan semangat bermuhammadiyah, upaya pengkaderan akan terus-menerus dilakukan tanpa henti.

Bahkan, di lingkungan Muhammadiyah Cibeunying Kidul, melalui ortom-ortomnya, telah lahir kader-kader terbaik yang menjadi tokoh nasional. Salah satu tokoh tersebut adalah Haedar Nashir yang rekam jejaknya dalam gerakan Muhammadiyah sangat panjang dan militansinya tidak diragukan, melampaui generasinya.

Baca Juga:  Mengembangkan Dakwah Virtual

Kebanggaan yang dimiliki oleh Cabang Muhammadiyah ini harus menjadi motivasi kuat untuk terus mempersiapkan kader-kader terbaik yang dapat menjadi tokoh sentral di tingkat yang lebih luas.

Apresiasi tinggi patut diberikan kepada para penggerak Muhammadiyah Cibeunying Kidul. Insyaallah, di masa mendatang, kader-kader ideologis akan terus lahir dan melanjutkan jejak inspiratif dari para pendahulu yang telah memberikan inspirasi pada institusi organisasi di berbagai tingkatan.

Sebagai salah satu kader yang dididik dan dibesarkan oleh kader terbaik PCM Cibeunying Kidul, saya merasa terharu dan terhormat diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dalam bermuhammadiyah.

Lima karakteristik

Dalam kesempatan ini, saya sedikit mengantarkan tentang Risalah Islam Berkemajuan. Ada lima karakteristik yang termaktub dalam naskah akademik buku Risalah Islam Berkemajuan yang menjadi rujukan dalam melangkah dan bergerak di Muhammadiyah.

Tauhidullah, yakni menjadi titik tolak awal yang khas dalam gerakan Muhammadiyah. Kedua, merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan dan sandaran dalam implementasi paham keagamaan Muhammadiyah. Ketiga, tajdid dan ijtihad sebagai jalan berinovasi dalam menggerakkan Muhammadiyah di berbagai bidang.

Keempat, bercorak Wasathiyah dalam konteks paham berislam di Muhammadiyah yang tidak terjebak pada ekstremisme kiri maupun kanan. Kelima, berorientasi rahmatan lil’Alamin: Membangun keadaban semesta.

Kelima karakteristik ini menjadi pedoman penting bagi setiap kader dalam menjalankan aktivitasnya di Muhammadiyah. Dengan semangat ini kita berharap terus menginspirasi dan memberikan manfaat bagi umat dan bangsa.

Selanjutnya, saya berbagi pengalaman tentang bagaimana kita sebagai aktivis penggerak persyarikatan Muhammadiyah memerankan diri sebagai pembaharu dalam menyikapi dinamika yang muncul di masyarakat.

Khususnya, dinamika yang terjadi di lingkungan warga Muhammadiyah dalam merawat dan menjaga eksistensi persyarikatan, termasuk amal usaha milik Muhammadiyah yang telah berjalan.

Salah satu fokusnya adalah amal usaha di bidang pendidikan dan pelayanan sosial. Tempat tersebut menjadi ruang strategis dalam menciptakan dan melahirkan kader-kader militan sebagai bentuk regenerasi sumber daya manusia yang akan melanjutkan estafet dalam menjaga dan merawat gerakan persyarikatan Muhammadiyah di masa depan.

Baca Juga:  Ramadhan, Madrasah Kepribadian untuk Muslim

Dalam sesi tanya jawab, ada pertanyaan tentang pola dan model pembinaan anak-anak asrama di panti asuhan agar menjadi generasi Muhammadiyah yang hebat dan militan. Sebelum sesi tanya jawab dimulai, saya menyampaikan pesan singkat tentang pentingnya konsistensi dalam dakwah agar tidak mandek dan berhenti.

Pesan tersebut menyoroti perlunya mengikis lima virus yang sering mengganggu aktivitas: malas, malu, minder, moody, dan manja. Kelima virus ini sering menjadi penghalang bagi seseorang untuk terus bergerak maju.

Dalam konteks komunitas dan entitas, dinamika pergerakan harus selalu terjaga dan diperbarui sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Para penggerak persyarikatan, terutama yang sedang diamanahi, harus berupaya agar tidak terserang virus tersebut. Hal ini juga berlaku bagi generasi muda dan pimpinan persyarikatan yang berada dalam usia produktif.

Menjawab pertanyaan tentang pola pembinaan anak-anak asrama di panti asuhan agar tidak terserang virus 5M, berdasarkan pengalaman, sebaiknya anak-anak diberikan keterampilan tambahan dan kesempatan untuk berbaur serta berinteraksi dengan pihak luar.

Apa saja? Misalnya, mereka dapat dilibatkan dalam usaha kecil-kecilan atau diberikan pelatihan seni musik untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Melalui kegiatan pengajian rutin dalam rangka merawat tradisi Muhammadiyah, banyak pelajaran berharga yang dapat diambil dari sharing dengan jamaah.

Menariknya, selain pemandu acara, terdapat juga alumni Universitas Muhammadiyah Bandung yang hadir sebagai jamaah dan kini menjadi penggerak Muhammadiyah di Cibeunying Kidul. Harapannya, proses kaderisasi ini terus berlanjut tanpa batas waktu. Amin ya rabbal alamin.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

PMB Uhamka