Oleh: Mamat Muhammad Bajri*
BANDUNGMU.COM — Indonesia kembali diguncang oleh aksi terorisme. Ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar menjadi pengingat menyakitkan tentang ancaman yang terus menghantui kehidupan masyarakat.
Di tengah upaya membangun keharmonisan antarumat beragama, tindakan biadab seperti ini tak hanya merusak, tetapi juga meluluhlantakkan sendi-sendi kemanusiaan dan persaudaraan.
Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi, menjalankan peran sebagai pembawa kedamaian, bukan penghancur. Namun, aksi terorisme justru bertentangan dengan misi suci tersebut.
Terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak hanya menciptakan rasa takut, tetapi juga memporakporandakan tatanan kehidupan berbangsa. Tindakan semacam ini tak boleh dibiarkan terus terjadi.
Melawan Terorisme dengan Sinergi
Pencegahan terorisme membutuhkan keterlibatan seluruh komponen bangsa. Aparat keamanan dan badan penanggulangan terorisme harus memperkuat koordinasi dan membangun sistem peringatan dini (early warning system) yang efektif.
Tujuannya untuk mengidentifikasi dan menghentikan potensi aksi teror sebelum terjadi. Terorisme bukan sekadar masalah kriminal, melainkan ancaman serius bagi stabilitas negara dan keharmonisan masyarakat.
Dalam bukunya Membumikan Deradikalisasi, Irfan Idris menyebutkan bahwa terorisme adalah kejahatan paling biadab terhadap kemanusiaan. Aksi ini melintasi batas negara dan norma kemanusiaan.
Yang perlu digarisbawahi, terorisme tidak memiliki kaitan dengan agama apa pun. Semua doktrin agama mengutuk tindakan teror. Karenanya, mengaitkan terorisme dengan kelompok agama tertentu adalah kesalahan yang dapat memperparah polarisasi sosial.
Memahami Akar Terorisme
Hasan Hanafi memberikan perspektif yang menarik terkait munculnya gerakan radikal atau terorisme. Menurutnya, ada dua penyebab utama.
Pertama, adanya tekanan dari rezim berkuasa yang membatasi kebebasan berpendapat dan ruang gerak kelompok tertentu. Kondisi ini mendorong kelompok tersebut untuk mencari cara-cara ekstrem sebagai bentuk perlawanan. Kedua, kegagalan ideologi sekuler yang dianut rezim, yang sering kali membuka ruang bagi fundamentalisme atau radikalisme sebagai alternatif ideologi.
Pendekatan yang lebih humanis dan adil dari pemerintah menjadi sangat penting untuk mencegah radikalisasi. Ketidakadilan dan pembatasan kebebasan justru menjadi bahan bakar bagi tumbuhnya ekstremisme.
Bersama Menjaga Keharmonisan
Dalam menghadapi ancaman terorisme, kita semua memiliki peran. Seluruh umat beragama harus bersatu untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan. Tak ada agama yang membenarkan terorisme, dan semua agama mengutuk keras tindakan biadab ini.
Mari kita jaga Indonesia sebagai negeri yang damai, penuh toleransi, dan harmonis. Terorisme harus dilawan dengan semangat persatuan, kedamaian, dan saling pengertian di antara pemeluk agama. Bersama, kita bisa menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan ini dan memastikan masa depan yang lebih aman untuk generasi mendatang.
*Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir STAI Al-Muhajirin Purwakarta