UMBandung
Traveliana

Yuk, Mengenal Cikapundung, Sungai Purba Yang Kini Semakin Modern dan Jadi Destinasi Wisata

×

Yuk, Mengenal Cikapundung, Sungai Purba Yang Kini Semakin Modern dan Jadi Destinasi Wisata

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Bandung – Setiap kota besar memiliki ceritanya sendiri tentang sungai yang mengalir di tengah hiruk-pikuk kehidupan warganya. Sungai Thames di London dan Sungai Cheonggyecheon di Seoul menjadi ikon yang tidak hanya mempercantik kota, tetapi juga menyimpan nilai sejarah. Kota Bandung, dengan keunikannya, juga memiliki kebanggaan serupa: Sungai Cikapundung.

Mengalir di jantung Kota Kembang, Sungai Cikapundung menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya Bandung. Gurauan khas warga menyebut sungai ini sebagai yang “terpanjang di dunia” karena membelah kawasan Asia-Afrika, merujuk pada lokasinya yang melewati Jalan Asia-Afrika, ikon Bandung yang penuh kenangan.

Menginspirasi lagu hingga jadi sumber kehidupan

Pada masa lampau, Sungai Cikapundung tidak hanya sejajar dengan jalan legendaris Braga, tetapi juga menjadi inspirasi seni. Lagu “Cikapundung” yang dinyanyikan Titim Fatimah pada 1960-an hingga “Sorban Palid” dalam musik pop Sunda, mengabadikan nama sungai ini sebagai bagian dari budaya lokal.

Baca Juga:  Inilah Wisata Alam di Sekitar Cimahi yang Wajib Dikunjungi

Dengan panjang 28 kilometer, Sungai Cikapundung berhulu di kawasan Lembang, mengalir ke selatan hingga bermuara di Sungai Citarum. Nama Cikapundung sendiri berasal dari bahasa Sunda, “Ci” yang berarti air, dan “Kapundung,” nama buah lokal.

Sungai ini tidak hanya menjadi simbol kota, tetapi juga sumber kehidupan bagi warganya. PDAM Tirtawening memanfaatkan debit air sungai ini sebesar 840 liter per detik sebagai bahan baku air bersih untuk Kota Bandung.

Kenangan banjir dan perjuangan pemulihan

Baca Juga:  5 Seblak Paling Enak di Bandung, Kamu Sudah Pernah Coba?

Sejarah mencatat Sungai Cikapundung pernah meluap beberapa kali, sejak era kolonial pada 1919 hingga masa menjelang kemerdekaan 1945. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah kolonial membangun viaduk di Kebon Jukut, yang kini dikenal sebagai Viaduk Bandung, sebagai jalur kereta api di atas sungai.

Saat ini, Pemkot Bandung terus berupaya memulihkan kondisi Sungai Cikapundung. Program Citarum Harum menjadi salah satu langkah nyata untuk membersihkan sungai dan mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.

Trashrack dipasang di beberapa titik untuk menjaring sampah, sementara revitalisasi bantaran sungai sepanjang 420 meter telah dilakukan, termasuk menjaga mata air di sekitar Sungai Cikapundung.

Baca Juga:  Sejarah Gedebage, Daerah Pengangkutan Barang Sejak Zaman Kolonial

Destinasi wisata yang memikat

Kini, keindahan Sungai Cikapundung semakin memikat dengan hadirnya Teras Cikapundung di Jalan Siliwangi. Dikelilingi pepohonan hijau, kawasan ini menjadi hutan kota sekaligus destinasi wisata yang strategis di Kota Bandung. Warga lokal maupun wisatawan dari luar Bandung sering menghabiskan waktu menikmati suasana di sini.

Dengan wajah barunya, Sungai Cikapundung tidak hanya menjadi nadi kehidupan Kota Bandung, tetapi lambang kebanggaan dan identitas kota. Dari sejarahnya yang panjang hingga keindahannya hari ini, Sungai Cikapundung adalah bukti bahwa alam dan budaya dapat berjalan seiring, memberikan inspirasi tanpa henti bagi semua yang melintasi alirannya.***

PMB UM Bandung