BANDUNGMU.COM – Dadang Khamad menegaskan, jika ingin menghilangkan radikalisme jangan dengan tindakan radikal. Termasuk jika ingin menghilanagkan intoleransi juga jangan dengan tindakan intoleransi, serta dalam menghilangkan kekerasan jangan dengan cara kekerasan.
“Itu tidak bagus dalam pendidikan kemasyarakatan akan menimbulkan dendam makin membara, dan akan makin lama dan membesar masalah,” ucap ketua PP Muhammadiyah ini pada (31/3) saat dimintai keterangan terkait dengan adanya radikalisme yang menyebabkan tindakan terror.
Dirinya menyebut, adanya tindakan radikal disebabkan oleh banyak hal, selain indoktrinasi agama disisi lain juga sangat bisa disebabkan seperti rendahnya tingkat pendidikan dan stress dalam menghadapi kenyataan hidup. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi jaringan kondusif untuk membentuk seseorang menjadi radikal.
Dalam melihat radikalisme melalui kacamata moderasi, adanya radikalisme tidak bisa dilihat dari suatu persepektif tunggal, karena banyak faktor yang melingkupinya. Dadang menyebut sikap moderat merupakan keniscayaan untuk diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan.
Terkait dengan sikap Muhammadiyah dalam melihat adanya radikalisme yang melahirkan tindakan terror, Dadang mengutip pepatah yang mengatakan bahwa, lebih banyak menangkap lalat dengan madu dari pada dengan racun. Artinya jangan menghilangkan tindak kekerasan dengan kekerasan juga, maka proyek deradikalisasi dirasa kurang tepat dalam menghilangkan tindakan radikal.
Meski demikian, menurut Dadang pekerjaan rumah terbesar yang harus segera diselesaikan terkait dengan tindakan terror ini adalah mengetahui dan menindak para aktor intelektualnya atau yang mendesain kejadian ini. Dadang juga mewanti-wanti dari kejadian ini jangan sampai ada kelompok yang mengambil keuntungan bagi kelompoknya dengan menuduh dan mendiskreditkan kelompok lain.
“Jangan sampai menggunakan isu-isu kekerasan untuk kepentingan kelompoknya sendiri untuk menghabisi orang lain,” tegas Dadang
Belajar dari Piagam Madina, Dadang menjelaskan, Rasulullah meskipun mengakui dengan sadar bahwa Islam sebagai satu-satunya agama yang benar tetapi Rasulullah juga mengimbangi dirinya dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada semua. Jangan sampai merasa benar sendiri, dan mendiskreditkan orang lain.
“Jangan sampai orang itu merasa benar sendiri dan dipenuhi kebencian kepada orang lain, ingin melenyapkan orang lain. Saya rasa moderasi ini bentuk keharusan, keniscayaan dalam Agama Islam menurut Muhammadiyah,” tuturnya.
Bagi Muhammadiyah sikap moderat merupakan usaha untuk menciptakan masyarakat yang toleran dan hidup bersama sebagaimana yang tertuang dalam Tanfidz 1 Abad Muhammadiyah. Termasuk dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) juga menyebutkan sikap yang harus dibangun dalam masyarakat meliputi tolong-menolong dengan masyarakat beda agama.
“Moderasi kita sudah dibuktikan diterima di masyarakat yang minoritas Islam seperti di NTT, Papua, Maluku. Karena kita memang satu bentuk organisasi yang moderat, welcome kepada orang lain, hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Hal ini sebagai bagian dari ideologi Muhammadiyah,” ungkap Dadang.
Sumber: muhammadiyah.or.id