BANDUNGMU.COM — Dikutip dari Ayobandung.com, penutupan objek wisata di wilayah Pacira (Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali) Kabupaten Bandung, membuat seluruh elemen dirugikan.
Bukan hanya pengelola objek wisata, tetapi lebih banyak pihak yang terdampak, baik secara ekonomi maupun psikologis.
Sehari ditutup, tidak sedikit masyarakat di wilayah Pacira yang biasa mendapat untung dari aktivitas wisata, justru mengalami penurunan pendapatan karena penutupan dilakukan secara masif.
Tidak sedikit juga wisatawan yang mau refreshing malah tidak bisa berwisata setelah beberapa jam perjalanan.
“Tadi malam waktu mendapat informasi objek wisata ditutup, kami harus memutar balik pengunjung dari luar daerah yang akan kamping di Rancaupas,” ujar Cluster Menejer Kawah Putih, Rancaupas dan Patuha Resort, Trisna Mulyana, Minggu 16 Mei 2021.
Padahal, Bumi Perkemahan Rancaupas masih memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung beberapa puluh orang, sesuai 50 persen dari kapasitas.
Bagi Trisna, penutupan akibat adanya pengelola pariwisata yang lalai dalam menerapkan protokol kesehatan dan berujung pada penutupan objek wisata dalam satu kawasan, dijadikan sebagai pembelajaran berharga.
Penerapan protokol kesehatan ke depan harus lebih ditingkatkan. “Saya tidak bicara siapa yang salah. Tapi seluruh elemen harus sama-sama berkomitmen untuk menerapkan protokol kesehatan, baik pengelola, maupun wisatawan. Kalau sudah ditutup, semua juga dirugikan. Wisatawan tidak bisa berwisata, pengelola juga kehilangan omzet,” katanya.
Ke depan pihaknya akan lebih memperketat protokol kesehatan, supaya tidak ada lagi kejadian serupa di kemudian hari.
“Walaupun dirasa sekarang sudah maksimal, tapi tetap harus ditingkatkan. Kami akan menambah intensitas petugas keliling untuk menghalau kerumunan dan secara proaktif melakukan imbauan supaya pengunjung benar-benar menerapkan protokol kesehatan selama berwisata,” ujarnya.
Senada, pengelola Glamping Lake Side, Marcelius, mengatakan menerapkan protokol kesehatan menjadi hal penting dilakukan di objek wisata juga tempat lainnya.
“Protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan. Jangan hanya meraup untung tapi abai. Untungnya akan sesaat, pengunjung juga tidak akan nyaman,” ujarnya.
Seharusnya kepercayaan pemerintah yang membolehkan objek wisata beroperasi dijaga baik-baik dengan cara menerapkan protokol kesehatan.
Dampak dari abai dalam penerapan protokol kesehatan akan dirasakan langsung oleh pengelola objek wisata.
Dia mengajak kepada seluruh pengelola objek wisata untuk mengedepankan kenyamanan kepada pengunjung. Menerapkan protokol kesehatan yang benar akan membuat pengunjung lebih nyaman dan merasa aman ketika berwisata.
Memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung, secara tidak langsung juga akan membuat kepercayaan wisatawan kepada objek wisata lebih kuat.
Selain itu, penerapan prokes juga akan meminimalisasi adanya klaster wisata yang bisa berujung kepada enggannya wisatawan berkunjung kembali di kemudian hari.