PMB Uhamka
Sosok

Inilah 4 Logika Jenaka Ahmad Hassan, Tokoh Terkenal Ormas Persatuan Islam

×

Inilah 4 Logika Jenaka Ahmad Hassan, Tokoh Terkenal Ormas Persatuan Islam

Sebarkan artikel ini
Ahmad Hassan (duduk di kursi, kedua dari kiri) (Wikipedia).

BANDUNGMU.COM, Bandung – Tokoh pembaru Islam Indonesia yang banyak dikenal oleh masyarakat, terutama para penggemar pemikiran pembaruan Islam, pasti mengenal Ahmad Hassan atau lebih dikenal dengan sebutan A Hassan Bandung.

Ulama yang lama tinggal di Bandung ini terkenal karena kemampuannya dalam debat, orator handal, produktif menulis buku, serta kepiawaiannya dalam berdiskusi dengan menggunakan logika yang cerdik dan jenaka.

A Hassan tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, tetapi juga seorang pengusaha yang berbakat. Dia dikenal dengan gaya logika yang kadang mengundang tawa, meski tetap tajam dan penuh pemikiran. Dikutip dari laman Hidayatullah.com pada Rabu, 1 Maret 2023, berikut ini empat contoh kejenakaan logika A Hassan yang terkenal:

1. Soal Nyamuk

Pada sebuah debat dengan M Akhsan di Gedung Al-Irsyad Surabaya pada 1955, A Hassan mengajukan pertanyaan yang unik. “Jika nyamuk menggigit, apa yang Anda lakukan?” tanya A Hassan. “Saya bunuh!” jawab M Akhsan.

Baca Juga:  Masjid Grand Asrilia Hotel Penuh, Sekum PP Muhammadiyah Sholat Jumat di Halaman

A Hassan kemudian membalas, “Bukankah itu suatu kezaliman?” Menurutnya, jika nyamuk menggigit, keadilan mengharuskan kita untuk membalasnya dengan menggigit nyamuk, bukan membunuhnya. Kejadian ini membuat seluruh hadirin, termasuk M Akhsan, tertawa terbahak-bahak.

2. Manusia dan Monyet

Pada kesempatan yang sama, A Hassan menanggapi tulisan M Akhsan di surat kabar yang menyebutkan ada orang yang keluar buntutnya yang semakin panjang dan ingin dipotong. A Hassan kemudian bertanya apakah dengan demikian manusia berasal dari monyet? M Akhsan menjawab, “Ya.” A Hassan pun menimpali, “Berarti monyet berasal dari manusia, bukan manusia berasal dari monyet.” Pernyataan ini membuat seluruh peserta debat tertawa terbahak-bahak, meskipun saat itu tertawa dilarang.

Baca Juga:  Sunah Nabi Yang Muhammadiyah Amalkan Bukan Jubah dan Cara Makan

3. Pemuda Ateis

Pada suatu debat di Jakarta dengan Suradal Nahatmanto, seorang pemuda ateis yang bangga dengan keyakinannya, A Hassan hanya mengajukan satu pertanyaan singkat setelah Suradal berbicara panjang lebar tentang pengalaman bertemu dengan Tuhan.

“Dengan siapa Anda berjumpa?” tanya A Hassan. Suradal menjawab, “Dengan yang maha tidak ada.” A Hassan pun cepat merespons, “Jika Anda berkata demikian, maka saya kesulitan memahami perkataan Anda, mungkin saya belum cukup umur untuk memahami bahasa Indonesia sebagaimana yang Anda gunakan.” Jawaban A Hassan membuat para hadirin tertawa, sementara Suradal terlihat marah.

4. Ulama Kodok

Ketika ditanya mengenai hukum makan daging kodok, A Hassan menjawab bahwa itu halal karena dalam Al-Qur’an hanya ada empat jenis makanan yang diharamkan. Setelah mendengar jawaban tersebut, si penanya pun berkomentar, “Berarti Anda layak disebut ulama kodok.”

Baca Juga:  Jejak Karier Soetardjo, Gubernur Pertama Jawa Barat yang Lahir di Blora

A Hassan dengan cepat membalas, “Lalu, bagaimana dengan memakan daging kerbau?” Penanya menjawab, “Boleh.” A Hassan pun menimpali, “Jika begitu, Anda layak disebut ulama kerbau.”

A Hassan merupakan seorang ulama yang keras dan tegas di mimbar, tetapi sangat luwes dan bersahabat dalam pergaulan sehari-hari. Meskipun dikenal dengan sikapnya yang garang di atas mimbar, ia mampu bergaul dengan siapa saja dengan sikap yang ramah dan fleksibel.

Kepribadian dan pemikirannya yang cerdas menjadikannya salah satu tokoh yang tak tertandingi, dan dia juga menjadi guru bagi tokoh bangsa seperti Mohammad Natsir.***

PMB Uhamka