PMB Uhamka
Islampedia

Inilah Sejarah Penyusunan Kalender Hijriah

×

Inilah Sejarah Penyusunan Kalender Hijriah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (Foto: muhammadiyah.or.id)

BANDUNGMU.COM, Bandung — Selain digunakan untuk menentukan waktu ibadah dan perayaan keagamaan, kalender atau sistem penanggalan Hijriah juga menjadi simbol dan identitas umat muslim.

Mengutip laman resmi Muhammadiyah, setelah wafatnya Rasulullah SAW pada abad ke-7 M, para sahabat menjadikan sistem kalender Hijriah sebagai pedoman yang mereka patuhi dengan sungguh-sungguh.

Seiring dengan berkembangnya Kekhalifahan Islam, tanggal-tanggal dalam kalender menjadi sangat penting dalam pembuatan keputusan hukum, perjanjian, dan dokumen penting lainnya.

Selain itu, adanya urutan bulan dan hari yang teratur di dalam kalender memudahkan mereka dalam komunikasi dan menjaga ketertiban.

Awal mula penyusunan Kalender Hijriah

Meskipun sudah ada kesepakatan mengenai bulan-bulan dan hari-hari dalam kalender, para sahabat masih menghadapi tantangan dalam mencatat peristiwa secara tahunan.

Kadang-kadang mereka tidak tahu tahun mana yang dimaksudkan ketika sebuah peristiwa atau dokumen tidak memiliki tanggal yang lengkap. Untuk mengatasi hal ini, mereka perlu menentukan titik awal suatu era yang bisa digunakan sebagai acuan.

Beberapa tokoh sejarah, seperti Al-Sha’bi dan Al-Biruni, telah menunjukkan bahwa manusia selalu menggunakan peristiwa-peristiwa penting sebagai titik acuan dalam menetapkan era.

Baca Juga:  Dadang Kahmad: Generasi Milenial Penting Punya Wawasan Moderasi Berislam

Demikian pula, dalam budaya Arab pra-Islam, mereka menggunakan peristiwa-peristiwa seperti kematian Ka’ab ibnu Lu’ayy, Tahun Gajah (‘Am al-Fil), dan Harb al-Fijar sebagai acuan waktu.

Dalam kronik sejarahnya, Tarikh Al-Rusul wa Al-Muluk, Imam Thabari menyatakan bahwa Maymun bin Mihran menceritakan: Sebuah dokumen hukum untuk suatu perbuatan dikirim kepada Umar yang tertulis bulan Syakban.

Umar pun bertanya, “Apakah ini Syakban tahun lalu atau tahun yang akan datang?” Kemudian khalifah setelah Abu Bakar ini berkata kepada para sahabat, “Mari kita tetapkan satu titik awal yang digunakan oleh masyarakat.”

Kesepakatan memilih peristiwa Hijrah

Pada saat itu, Umar dan para sahabatnya melakukan diskusi tentang bagaimana cara mencatat peristiwa-peristiwa tersebut.

Mereka sepakat untuk mengadopsi cara penulisan tanggal yang digunakan oleh bangsa asing, yakni dengan menuliskan “di bulan ini tahun ini”. Namun, muncul pertanyaan mengenai tahun mana yang harus dijadikan titik awal.

Beberapa orang menyarankan untuk menggunakan waktu wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan yang lain mengusulkan untuk menggunakan wafatnya Nabi SAW sebagai titik awal.

Setelah pembahasan panjang, akhirnya mereka sepakat untuk menggunakan hijrah sebagai awal era Islam. Dalam menentukan bulan awal, ada yang mengusulkan Ramadan. Namun, akhirnya para sahabat dengan bulat setuju untuk memulai tahun dengan bulan Muharram.

Baca Juga:  1 Syawal 1443 Hijriah, Saatnya Menyebar Mozaik Hikmah dan Nilai Utama

Pada masa Kekhalifahan Umar inilah para sahabat sepakat untuk menggunakan hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai titik awal era Islam.

Hijrah ini memiliki makna yang mendalam karena memisahkan kebenaran dari kesesatan. Dengan menetapkan hijrah sebagai titik awal, umat muslim memiliki fondasi kuat untuk mengukur waktu dan mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Islam.

Dengan demikian, kalender Islam bukan hanya alat pengukur waktu, melainkan lambang identitas dan warisan umat muslim.

Para sahabat Nabi telah memahami pentingnya menjaga ketertiban dan konsistensi dalam penggunaan kalender ini sehingga memastikan bahwa perintah Allah dan Rasul-Nya tetap terjaga.

Hikmah di balik penamaan Hijriah

Penamaan “Hijriah” diambil dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Hijrah ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menandai perpindahan Nabi SAW dan para sahabatnya ke Madinah untuk membentuk sebuah negara Islam yang baru.

Keputusan untuk menggunakan hijrah sebagai titik awal era dalam perhitungan tahun Hijriyah adalah hasil dari pertimbangan dan kesepakatan para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Baca Juga:  Ritual Ibadah Haji Sebagai Warisan Dari Nabi Ibrahim

Peristiwa hijrah memiliki makna yang mendalam bagi umat muslim. Selain menjadi pemisah antara masa kehidupan Nabi Muhammad SAW di Makkah dan di Madinah, hijrah juga merupakan awal dari pembentukan komunitas muslim yang kuat dan menandai langkah awal dalam membangun fondasi Islam sebagai agama dan sistem kehidupan yang komprehensif.

Penggunaan kalender Hijriah, yang dimulai dari peristiwa hijrah, adalah salah satu cara bagi umat muslim untuk terus terhubung dengan akar sejarah dan identitas mereka sebagai umat Islam.

Selain itu, hal ini juga mengingatkan mereka akan nilai-nilai dan ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW selama periode hijrah dan selanjutnya.

Dengan mengetahui dan memahami sejarah perhitungan tahun Hijriah yang berakar dari peristiwa hijrah, umat muslim dapat menghargai dan merayakan perayaan-perayaan keagamaan dalam konteks yang lebih mendalam.

Selain itu, mereka juga diingatkan akan komitmen untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menjaga keutuhan umat muslim dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.***

PMB Uhamka
buku