UMBandung
Traveliana

Kamu Harus Tahu! 15 Jalan di Bandung Ini Gunakan Nama Orang Asing

×

Kamu Harus Tahu! 15 Jalan di Bandung Ini Gunakan Nama Orang Asing

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi jalan di Bandung. Foto: hendhan.blogspot.com.

BANDUNGMU.COM — Ternyata sedikitnya ada 15 nama jalan di Kota Bandung yang berasal dari nama orang asing. Nah, siapa saja nama mereka? Berikut daftar nama ke-15 jalan tersebut:

Jalan Marconi

Bernama lengkap Giuglielmo Marconi, tokoh ini merupakan penemu wireless telegraph (1896). Ia menerima hadiah Nobel bidang Fisika tahun 1909.

Jalan Morse

Samuel Finley Breese Morse, nama lengkapnya, merupakan lulusan Yale University yang dikenal sebagai penemu dan pengembang telegraph electronic, Morse juga dikenal sebagai pencipta Morse Code, selain sebagai pelukis yang cukup terkenal di Amerika.

Jalan Van de Venter 

Nama Van de Venter lekat dengan kebijakan politik etis atau politik balas budi di tanah jajahan Hindia-Belanda. Praktik politik ini memungkinkan diterapkannya pendidikan modern yang di kemudian hari melahirkan para intelektual Bumiputra.

Jalan Multatuli

Di antara Jalan Dipatiukur dan Jalan Raden Patah terselip jalan Multatuli. Ia tidak lain dari Douwes Dekker, tokoh pergerakan nasional, pendiri Indische Partij, seorang Indo yang sangat berpihak pada rakyat Indonesia. Douwes Dekker kemudian berganti nama menjadi Dr. Danoedirdja Setyaboedi (diabadikan dengan Jalan Dr.Setiabudi) .

Jalan Prof. Eijkman

Nama lengkapnya Christiaan Eijkman, dokter lulusan Universitas Amsterdam yang bertugas di Hindia Belanda tahun 1883-1885 atau pulau Asia. Ia kemudian meneliti bakteri penyakit beri-beri bersama Robert Koch.

Prof. Eijkman pernah menjadi direktur laboratorium patologi dan bakteriologi STOVIA (sekolah dokter pertama di Indonesia yang melahirkan tokoh tokoh perintis kemerdekaan Indonesia). Puncak prestasinya adalah ketika menemukan Vitamin B1 (Thiamine). Temuan yang mengantarkan Eijkman, guru besar di Utrecht University, diganjar hadiah Nobel untuk bidang Kedokteran tahun 1929.

Baca Juga:  Dukung Pengembangan Wisata Halal, HeHa Sky View Tawarkan Beragam Fasilitas Menarik

Jalan Dr. Currie

Marie Currie merupakan istri dari Pierre Currie. Sebelum menikah dengan Pierre, dia bernama Maria Sklodowska (Polandia). Marie Currie adalah wanita pertama penerima Hadiah Nobel. Dia bahkan dua kali mendapatkan Nobel untuk dua bidang ilmu yang berbeda. Pada 1903 bersama Hendri Becquerel dan Pierre Currie, Marie Currie mendapat Nobel untuk bidang Fisika. Pada 1911 giliran dia mendapatkan Nobel untuk bidang Kimia.

Marie Currie terkenal dengan penelitian dan penemuannya mengenai radioaktif dari uranium. Menjadi profesor wanita pertama yang mengajar di Universitas Sorbone Paris, ia mendirikan Radium Institut (institut du Radium) di University of Paris. Marie Currie wafat karena Luekimia yang disebabkan karena radioaktif/radiasi yang menjadi bahan utama penelitiannya.

Untuk mengenang dan menghormati jasanya, pemerintah Perancis pada 1995 menyimpan abu jenazahnya di Pantheon Paris. Kota Bandung mengenang jasanya dengan menyematkan namanya sebagai nama salah satu ruas jalan.

Jalan Dr. Erlich

Sebenarnya kata yang lebih tepat untuk salah satu jalan di Bandung ini adalah Ehrlich. Nama lengkapnya Paul Ehrlich, dokter lulusan Universitas Leipzig Jerman, yang merintis penelitian dalam bidang Hematologi, imunologi, Chemotherapy, dan Sterilisasi. Ia mendapat hadiah Nobel untuk bidang Kedokteran pada 1908.

Baca Juga:  6 Merek Sari Kurma Ini Bermanfaat untuk Kesehatan. Cocok Jadi Menu Buka Puasa!

Jalan Nyland

Nama lengkapnya Anton Albert Nijland. Ia merupakan penemu vaksin kolera (1911).

Jalan Rontgen

Nama lengkapnya Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923), Guru Besar Fisika di Universitas Strasbourg, Giessen, Wurzburg, dan Munich, yang dikenal luas sebagai penemu sinar X. Penemuannya ini memberikan kontribusi yang luar biasa bagi dunia kedokteran.

Jalan Dr. Otten

Dr. L.Otten adalah penemu vaksin pes (sampar) pada 1934 dan juga vaksin cacar (1917) ketika bertugas di Hindia Belanda.

Jalan Bosscha

Nama lengkapnya Karel Rudolf Bosscha. Pada 1923 bersama Nederlandsch Indische Sterrenkundige Vereeniging (perkumpulan ahli asronomi Hindia Belanda), ia mendirikan peneropong bintang di Lembang yang kini dikenal sebagai Observatorium Bosscha. Keberadaan terpopong ini mulai terganggu dengan maraknya pembangunan fisik di sekitar Bandung Utara dan Lembang.

Jalan Pasteur

Nama ini kerap dilafalkan ‘Pastur’ dan banyak orang mengasosiasikannya dengan pendeta katolik. Yang betul, nama jalan ini diambil dari Louis Pasteur (1822-1895), ilmuwan yang sangat berjasa dalam bidang iptek, kedokteran, dan industri. Pasteur adalah penemu vaksin rabbies, antrax, dan penemu proses pasteurization.

Pasteur mendapatkan gelar Ph.D. pada usia 26 tahun dari Ecole Normale Superieure Paris. Bio Farma adalah salah satu lembaga yang terus mengembangkan vaksin, yang dasarnya adalah penemuan dari Louis Pasteur. Jalan ini menjadi salah satu jalan terpadat di Kota Bandung dan juga menjadi batas wilayah utara dan selatan Bandung.

Baca Juga:  Jangan Sampai Terlewat! Ini Tiga Kedai Kue Balok Paling Hit di Bandung

Jalan Dr. Setiabudi 

Nama ini memang sangat ‘Indonesia’. Namun, orang sering lupa riwayat lengkap beliau. Dr. Danoedirdja Setyaboedi adalah pahlawan nasional dan pernah lama tinggal di salah satu rumah di jalan Dr.Setiabudi, Bandung. ketika masih bernama Lembang Weg atau Jalan Lembang. Penulisan namanya pun beragam: Setia Budi, Setyabudi, Setiabudhi, dan lain-lain. Kini Jalan Setiabudi identik dengan Jalan Rumah Mode yang selalu macet setiap akhir pekan.

Jalan Westhoof atau dr. Cha

Sekarang di Bandung orang lebih mengenalnya sebagai Jalan Cicendo. Wethoof adalah dokter spesialis mata, direktur pertama oogenziekenhuis “Wilhelmina”, sekarang RS Mata Cicendo, yang jadi Pusat Rujukan Kesehatan Mata Nasional. Tokoh ini adalah juga pendiri Rumah Buta yang kemudian menjadi Wyata Guna.

Jalan (Adolf) Homann

Nama pendiri dan pemilik pertama Hotel Homann diabadikan sebagai nama jalan kecil di samping hotel legendaris yang beralamat di Jalan Asia Afrika tersebut. Salah satu peristiwa bersejarah di Hotel Homann adalah acara jalan kaki bersama para delegasi negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955. Aksi yang kemudian dinamai “historical walk” ini diperingati secara rutin sebagai bagian dari upaya mengawetkan sekaligus menggali lagi semangat antipenjajahan yang mengemuka selama konferensi.

Sumber: Ayobandung.com

PMB UM Bandung