UMBandung
Traveliana

Viaduct, Jalan Legendaris di Bandung yang Menjadi Saksi Kisah Cinta Soekarno

×

Viaduct, Jalan Legendaris di Bandung yang Menjadi Saksi Kisah Cinta Soekarno

Sebarkan artikel ini
Pemandangan Viaduct sekarang. Viaduct adalah jembatan atau jalan di atas jalan raya, jalan kereta api, di atas lembah atau sungai yang lebar. Viaduct menjadi salah satu bukti teknologi Belanda yang ada di Bandung.(KOMPAS.com/RENI SUSANTI).

BANDUNGMU.COM – Masih ingat cerita tentang sepenggal Jalan Otto Iskandardinata (Otista) yang hanya dibuka 30 tahun sekali saat peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1985 dan 2015?

Setelah jalan tersebut ditutup, warga Bandung yang bepergian dari Pasar Baru ke Gedung Pakuan harus memutar ke daerah Viaduct. Rupanya, Viaduct memiliki cerita yang tidak kalah seru.

Viaduct adalah jembatan atau jalan di atas jalan raya, jalan kereta api, di atas lembah atau sungai yang lebar. Viaduct menjadi salah satu bukti teknologi Belanda yang ada di Bandung.

“Viaduct merupakan proyek khusus dari Belanda. Viaduct proyek untuk membuat sistem jalan boulevard, yakni dua jalan yang dipisahkan taman atau sungai. Nah di Viaduct Bandung ini dipisahkan Sungai Cikapundung,” kata pemerhati sejarah Bandung dari Komunitas Aleut, Hevi Abu Fauzan.

Baca Juga:  Berkunjung ke Bandung, Jangan Lupa Cicipi 4 Varian Rujak yang Menggoyang Lidah Ini

Viaduct dibangun pada 1983. Rencananya, konsep jalan tersebut dibuat hingga Asia Afrika. Namun, entah karena perang atau alasan lain, proyek ini hanya ada di Viaduct.

Perkembangan transportasi

Hevi menjelaskan, proyek ini dibangun untuk membereskan transportasi di Bandung saat itu.
Dulu, delman dan kendaraan non-kereta, menggunakan sepenggal Jalan Otista untuk menghubungan Gedung Pakuan dan Jalan Raya Pos.

“Kalau lihat peta lama, dari jalan Pasar Baru, Suniaraja, langsung ke Perintis Kemerdekaan itu masih satu garis lurus langsung ke atas. Jadi jalan itu bersilangan dengan rel, bertemu dengan jembatan baru ke Balai Kota,” ungkapnya.

Baca Juga:  Makna "Sabilulungan" Kata Haedar Nashir

Lama kelamaan lalu lintas berkembang padat. Begitupun dengan kereta yang semakin aktif. Sejak 1924, kereta di Bandung mengadopsi sistem double track untuk menghubungkan Padalarang dan Kiaracondong.

Justru di bagian Viaduct masih single track. Baru akhir 1930-an, setelah pembangunan jembatan Viaduct, kereta menggunakan double track.

Cinta Soekarno

Sebelum ada proyek pembangunan Viaduct, terdapat satu perkampungan di sana. Di perkampungan tersebut tinggal orangtua Inggit Garnasih, istri kedua presiden pertama Indonesia, Soekarno.

“Rumah itu tempat menikahnya Soekarno dengan Inggit,” ucap Hevi.

Baca Juga:  Tips Mengolah Daging Kurban Yang Tepat dan Menyehatkan

Perkampungan tersebut kini hanya menyisakan Masjid Persis. Ia masih mencari alasan kenapa kampung tempat tinggal orangtua Inggit bisa habis. Namun ia menduga, kampung tersebut habis karena pembangunan Viaduct yang menyeret ke arah timur, ke arah perkampungan.

“Ini baru dugaan, belum menjadi fakta sejarah karena masih dicari,” ungkap Hevi.

Di daerah tersebut pun ada Jalan cukup pendek yang dinamakan Jalan Viaduct. Fungsinya untuk menghubugkan Viaduct ke Jalan Braga.

“Ada salah satu perusahaan ekspedisi di Hindia Belanda yang membangun satu gudang di Jalan Braga. Ia punya sistem rel sendiri yang menghubungkan ke sistem utama,” tutupnya.

Sumber: Kompas.com

PMB UM Bandung