BANDUNGMU.COM — Perubahan arah kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah di Makkah mengakibatkan ketegangan di antara sebagian ahlulkitab dengan sebagian orang Islam.
Ahlulkitab beranggapan bahwa shalat yang dilakukan tidak menghadap ke Baitulmakdis tidak sah. Sementara orang Islam beranggapan lain, shalat yang diterima oleh Allah hanyalah shalat yang dilakukan dengan menghadap ke Ka’bah di Masjidilharam.
Dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Minggu (20/03/2022), Pakar Tafsir, Nur Kholis, mengatakan bahwa peristiwa di atas merupakan latar konteks diturunkannya QS Al Baqarah ayat 77.
Ayat ini menjelaskan bahwa bukan karena menghadapkan muka ke arah barat dan timur yang dimaksud sebagai kebajikan hakiki.
Namun, kebajikan yang sebenarnya adalah ketaatan kepada Allah, melaksanakan segala tuntunan-Nya, itulah kebajikan dan ketakwaan serta keimanan yang sempurna.
“Ayat ini ingin menjelaskan bukan soal menghadapkan wajah secara fisik yaitu sekadar menghadapkan wajah dalam shalat ke timur dan barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya adalah patuh dan tunduk kepada apa yang disyariatkan agama dengan beriman kepada Allah swt,” tutur dosen Ilmu Tafsir ini.
Nur Kholis menerangkan bahwa kata “al-birr” dalam QS Al Baqarah ayat 177 berarti kebenaran dan ketaatan (ash-shidq wa ath-tha’ah), yakni suatu penamaan terhadap semua kebaikan, semua ketaatan, dan pendekatan diri kepada Allah.
Sebagian ahli bahasa menyebutkan bahwa kata “al-birr” berasal dari “al-barr” yang berarti “daratan, lawan dari “lautan” yang menggambarkan keluasan sehingga memberikan arti keluasan dalam berbuat kebaikan.
Oleh karena itu, kebajikan hakiki bukan hanya melaksanakan shalat secara benar sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw, melainkan menunaikan zakat sesuai dengan kadar dan ketentuan yang telah digariskan.
Kemudian menepati janji jika berjanji kepada orang lain, dapat berlaku sabar, tabah dan mampu menahan diri, serta selalu berjuang dalam mengatasi segala kesulitan dan cobaan.
“Inilah yang disebut kebajikan hakiki. Tidak bisa kita mengatakan orang berbuat kebajikan hanya dari aspek akidah, sementara dari aspek ibadah tidak. Jadi kebajikan itu maknanya sangat luas, segala ketaatan kepada Allah, segala kebaikan kepada Allah itu disebut kebajikan yang hakiki,” ujar Nur Kholis.***