BANDUNGMU.COM – Produksi gula aren di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, umumnya dilakukan dalam rumah-rumah warga. Bahkan, umumnya dalam dapur berupa gubuk, yang khas kehidupan masyarakat Sunda di pedalaman zaman dahulu.
Produksi gula aren adalah mengolah nira atau disebut lahang yang disadap dari pohon aren. Kemudian, setelah dilakukan proses, cairan nira aren dimasak dalam wajan, biasanya berukuran besar.
Gula aren bukan hanya dikonsumsi dalam bentuk padatan, namun juga dalam bentuk cairan hangat. Orang Sunda menyebut cairan kental hangat berwarna coklat dari proses produksi gula aren itu, dengan “peueut”.
Bagi masyarakat Sunda yang mengenal dan menikmati khas konsumsi, biasanya mengucurkan peueut kepada pangan lokal, seperti sampeu atau disebut pula singkong.
Namun, banyak juga yang mengkonsumsi cairan peueut dalam piring. Jika dirasakan, rasanya agak mirip gulali.
Dalam kunjungan DeskJabar ke perajin gula aren di Kecamatan Cikadu, didampingi Kepala Satuan Pelayanan Cikadu Balai Benih Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proivinsi Jawa Barat, Ading Setiawan.
Perajin gula aren di Cikadu banyak yang berada di sekitar lokasi Satuan Pelayanan Cikadu BBH yang juga ikut membina para perajin gula aren tersebut. Keeratan masyarakat dengan para personel Satuan Pelayanan Ckadu BBH memang tampak sangat erat.
Cetakan
Hanya saja, dari pengamatan di lapangan, kini semakin banyak perajin gula aren di Cikadu yang kurang lagi berminat membuat gula aren dalam ukuran batang bambu. Banyak perajin gula aren yang membuat gula aren ukuran besar dengan dicetak menggunakan baskom plastik.
”Soalnya, para bandar menyamaratakan harga pembelian gula aren, baik dalam bentuk khas ukuran batang bambu maupun menggunakan cetakan baskom sama-sama Rp 15.000/kg. Padahal, memproduksi gula aren menggunakan ukuran batang bambu lebih memakan waktu dan lebih diminati konsumen,” kata Wahid senada Abdul.
Wakil Ketua Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat Muchlis Anwar menyebutkan, bisnis gula aren saat ini berkembang luar biasa di berbagai daerah yang masih memiliki pohon aren/kawung, terutama di wilayah pegunungan dan tanah adat.
Menurut Muchlis Anwar, untuk sentra wilayah produksi, di Priangan Timur ada di Kabupaten Pangandaran, Ciamis sekitar Banjarsari, Kabupaten Tasikmalaya, Garut daerah selatan, dan wilayah Cianjur selatan.
Untuk produksi brown sugar ada di Kabupaten Bandung, sedangkan untuk pabrik pengolahan gula aren menjadi gula aren bubuk/brown sugar dengan macam-macam tipe, ada di sekitar Soreang dan Ciwidey untuk olahan aren cair.
Disebutkan, dengan kreasi, dan kekhasan, produksi gula aren ada yang dicetak bulat lempengan besar, ada yang dicetak seperti gula kelapa biasa. Namun, umumnya dikemas oleh daun aren untuk menandakan gula tersebut adalah gula aren.
Dari sisi harga, dikatakan, gula aren lebih mahal dari gula putih dan gula kelapa. Sebab, faktor kemasan unik¬nya rata-rata harga eceran pembelian konsumen di harga Rp 20.000/kg.
Penulis: Kodar Solihat, Sumber: Deskjabar.pikiran-rakyat.com