PMB Uhamka
News

Universitas Muhammadiyah Bandung Kini Resmi Punya Dua Jurnal Baru

×

Universitas Muhammadiyah Bandung Kini Resmi Punya Dua Jurnal Baru

Sebarkan artikel ini
Proses peluncuran jurnal Bayani dan Safjour (Sumber: Dok. Rio)

BANDUNGMU.COM – Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) dan Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) resmi meluncurkan dua jurnal sekaligus, yaitu ”Bayani” dan Sustainability Accounting and Finance Journal atau disingkat ”Safjour” pada Jumat 19 Maret 2021.

Acara peluncuran jurnal yang diisi dengan diskusi ilmiah ini diresmikan oleh Rektor UMBandung Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. secara daring dan disiarkan langsung melalui channel youtube resmi kampus. Dalam sambutannya, Suyatno berterima kasih kepada LPPAIK dan seluruh pihak yang terlibat.

”Peluncuran kedua jurnal ini menjadi momentum yang sangat baik untuk pengembangan akademik, budaya riset, dan budaya menulis di kalangan para sivitas UMBandung, khusunya para dosen. Saya berharap, hal ini juga akan menjadi motivasi bagi para mahasiswa,” kata Prof. Suyatno.

Baca Juga:  Omicron Semakin Naik, Pembelajaran Tatap Muka di Jabar Dihentikan?

Selain rektor, peluncuran dua jurnal ini juga dihadiri Kepala LPPAIK UMBandung Ace Somantri, Kaprodi Akuntansi UMBandung Erfan Erfiansyah, dan dimoderatori oleh Ahmad Rifai. Sementara yang bertindak sebagai pembicara yaitu Syahril, Abin Suarsa, dan Ahmad Zaini Miftah.

Syahril menjelaskan tentang bagaimana data-data kuantitatif dalam suatu penelitian bisa diarahkan ke kualitatif. Menurutnya, tidak ada kategorisasi kualitatif dan kuantitatif dalam dalam suatu penelitan. Sebabnya, sekuantitatif sebuah penelitian pasti ada kualitatifnya. Begitu pula sebaliknya, sekuantitatif sebuah penelitian juga ada kualitatifnya.

”Tinggal kita memilih, sebuah penelitian kalau data konsentris yang akan kita berikan hasil penelitian tersebut juga memastikan data kuantitatif. Sebaliknya, kalau dalam penelitian kualitatif kita lakukan, maka hasil yang akan kita dapatkan pun data-data kualitatif,” kata Syahril.

Baca Juga:  Pelatihan Ecobrick Agribisnis UMMI Ikhtiar Tanggulangi Sampah Plastik

Pembicara kedua, Abin Suarsa, menjabarkan bagaimana proses terbentuknya ”Safjour”. Menurut Abin, jurnal tersebut terbentuk didasarkan kepada empat paradigma dalam penelitian akuntansi, yaitu positivisme, interpertifisme, kritisme, dan postmodernisme.

Keempat paradigma tersebut, kata Abin, didasarkan pada tulisan Burrell dan Morgan yang berjudul Sociological Paradigms and Organisational Analysis (1979) serta tulisan W.F. Chua dengan judul Radical Developments in Accounting Thought (1986).

Abin juga menyebut, mereka akan menantang pemikiran-pemikiran liar tentang akuntansi serta tetap menerima artikel tentang akuntansi filsafat, akuntansi religiusitas, akuntansi budaya, akuntansi gender, dan akuntansi yang berhubungan dengan sustainability (CSR).

”Ini yang kemudian kita menganggap bahwa jurnal ini kami persembahkan untuk semua paradigma sehingga akan menghilangkan keempat ego dari paradigma itu sendiri,” kata Abin.

Baca Juga:  Guru Pendidikan Agama Islam Dituntut Miliki Kompetensi Ganda

Sementara itu, pembicara ketiga Ahmad Zaini Miftah memaparkan mengenai kebijakan partisipatoris di perguruan tinggi. Dalam pemaparannya, Ahmad menguraikan perbedaan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di sejumlah negara.

Selain itu, Ahmad juga membandingkan data jumlah kasus covid-19 Kota Bandung dengan Pemprov Jawa Barat. Ahmad. Kemudian memaparkan tentang evidence based policy atau kebijakan berbasis bukti beserta hubungannya di perguruan tinggi.

”Kita akui, pada kenyataannya banyak sekali kebijakan yang diambil atau dibuat hanya berdasarkan intuisi. Misalnya berdasarkan perasaan atau pemahaman umum, pengalaman dari pengambil kebijakan, ideologi secara teoritis, opini publik, atau bahkan kebijakan diambil hanya berdasarkan kepentingan politik,” kata Ahmad.

Kontributor: Rio Prasetyo

PMB Uhamka