BANDUNGMU.COM – Mengutip Pikiran Rakyat online (Senin, 26 Oktober 2015), kesenian sasapian dianggap sebagai kesenian asli yang berasal dari Kabupaten Bandung Barat. Kesenian tersebut telah dimainkan sejak dekade 1930-an di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
“Kalau kuda renggong ada di Sumedang, sasapian itu dari Bandung Barat. Sasapian sudah ada dari tahun 1932, tetapi mendapat sedikit modifikasi setelah kemerdekaan Indonesia. Dari Cihideung, sasapian menyebar ke beberapa desa yang lain di daerah Bandung utara,” kata budayawan Sunda, Mas Nanu Muda alias Bah Nanu.
Menurut dia, keberadaan kesenian sasapian di Kabupaten Bandung Barat tidak berhubungan dengan peternakan sapi yang banyak terdapat di kawasan Lembang.
“Sasapian itu berkaitan dengan pertanian. Dulu itu orang Cihideung selain membudidayakan tanaman hias juga banyak juga yang bertani,” ujarnya.
Seperti di India, kata dia, sapi di Cihideung juga menjadi lambang kesejahteraan masyarakat, tetapi tidak disucikan seperti di India.
“Sapi itu jadi personifikasi kesejahteraan masyarakat. Sapi yang jadi perlambang kesuburan tanah, bukan kerbau. Setelah ada Kerajaan Mataram, baru kerbau yang dipakai jadi lambang,” tutur Bah Nanu.
Selain muncul kesenian sasapian, dia menambahkan, dalam budaya Sunda juga terdapat Sapi Gumarang, yaitu tokoh penjelmaan manusia sakti di dalam mitologi Wawacan Sulanjana. Sapi Gumarang dikisahkan menguasai seluruh padi di Kerajaan Galuh, sampai Sulanjana mengalahkannya.
Bah Nanu menjelaskan, pertunjukan kesenian sasapian diperagakan oleh sejumlah penari yang diiringi oleh musik tradisional Sunda, yang menggunakan instrumen seperti kendang, terompet, dan gong.
Seorang penari masuk ke dalam sapi bohongan seperti pada kesenian barongsai, sedangkan beberapa penari yang lain menari seolah-olah memburu sapi tersebut.
Sebelum tarian dimulai, sapi bohongan yang terbuat dari bambu berbalut kain itu diberi sesaji oleh seorang pemimpin upacara. Ritual sasapian berlangsung cukup mistis karena penari di balik sapi buatan bergerak-gerak seperti orang yang kerasukan roh halus.
“Dulu itu kepala sapinya pakai alat yang biasa untuk memandikan orang yang meninggal. Dalam tariannya, sapi itu diburu dan disembelih. Maknanya sendiri sangat luas karena bisa diinterpretasikan macam-macam. Di antaranya ialah untuk membunuh sifat hewani atau sebagai bentuk pengorbanan,” paparnya.
Dia menambahkan, kesenian sasapian sangat memungkinkan untuk berkembang karena kesenian rakyat cepat mengadopsi hal yang baru.
“Seperti penggunaan bedil-bedilan yang baru muncul setelah masa kemerdekaan, tarian sasapian ini bisa terus berkembang,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB Asep Dendih menuturkan, sasapian telah menjadi salah satu ikon kesenian di Cihideung, yang dapat dikembangkan lagi menjadi ikon kesenian Bandung Barat.
“Sekarang ini sasapian belum jadi kesenian khas asal Kabupaten Bandung Barat, tapi kami akan berupaya merintis ke arah sana. Soalnya, perlu ada prosedur dan mekanismenya. Kami harus melakukan berbagai kajian dulu, baru mempromosikan sasapian sebagai kesenian asli Kabupaten Bandung Barat,” kata Asep.