BANDUNGMU.COM – Tepat pada Rabu 20 April 2022, Kabupaten Bandung sudah menginjak usia 381 tahun. Sebuah usia yang sangat tua, yakni hampir mencapai dua abad.
Seperti apa sejarah Kabupaten Bandung yang saat ini dipimpin Bupati Dadang Supriatna ini? Berikut ulasannya yang bandungmu.com kutip dari ensiklopedia bebas wikipedia, Kamis (21/04/2022).
Kabupaten Bandung merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya berada di Soreang. Pada 2020, penduduk Kabupaten Bandung berjumlah 3.583.056 jiwa dengan kepadatan 2.026,62 jiwa/km².
Kabupaten Bandung merupakan “induk” dari wilayah Bandung Raya yang kemudian dimekarkan menjadi wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.
Wilayahnya didominasi oleh pegunungan yang sejuk, menjadikan tempat wisata alam di Kabupaten Bandung sangatlah beragam. Kabupaten Bandung juga menjadi tempat dari hulu Sungai Citarum.
Topografi
Kabupaten Bandung terletak di Cekungan Bandung dengan ciri khas dataran tinggi luas di bagian tengah yang dikelilingi pegunungan di sebelah barat, selatan, utara, dan timur.
Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Wayang mengalir di kawasan ini sebelum masuk Waduk Saguling. Sebagian besar kecamatan di kabupaten ini termasuk padat penduduk seperti Majalaya, Soreang, Banjaran, Rancaekek, Dayeuhkolot, Margahayu, Cileunyi, Baleendah, dan Bojongsoang.
Kawasan ini juga selalu dihantui banjir yang melanda setiap musim hujan karena aliran sungai yang ada di seluruh Cekungan Bandung bermuara ke Sungai Citarum ditambah drainase yang buruk, pencemaran sungai yang parah, dam dangkalnya sungai.
Adapun wilayah yang terletak di pegunungan yaitu Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan, dan Kertasari di selatan serta Cimenyan dan Cilengkrang di bagian utara yang jika dilihat dari peta seolah-olah terpisah dari wilayah utama Kabupaten Bandung karena terpotong Kota Bandung.
Gunung yang ada di Kabupaten Bandung antara lain: Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), Gunung Papandayan (2.262 m), dan Gunung Manglayang (1.818 m).
Sejarah
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yakni pada 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari Sabtu 20 April 1641 Masehi.
Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). Dari bukti sejarah tersebut ditetapkan bahwa 20 April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung.
Jabatan bupati kemudian digantikan oleh salah seorang putranya yang bernama Tumenggung Nyili. Namun, Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan bupati kemudian dilanjutkan oleh Tumenggung Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) pada 1681-1704.
Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat pada 1704 setelah pemerintah Hindia Belanda mengadakan pertemuan dengan para bupati se-Priangan di Cirebon.
Ardisuta (1704-1747) terkenal dengan nama Tumenggung Anggadiredja I dan setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah. Sebagai penggantinya diangkat putra tertuanya yang bernama Demang Hatapradja yang bergelar Anggadiredja II (1707-1747).
Pada masa pemerintahan Anggadiredja III (1763-1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten. Bahkan pada 1786 dia memasukkan Batulayang ke dalam pemerintahannya.
Juga pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794-1829) inilah ibu kota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke tepi Sungai Cikapundung atau alun-alun Kota Bandung sekarang.
Pemindahan ibu kota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels pada 25 Mei 1810. Alasannya yakni daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut.
Setelah kepala pemerintahan dipegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV (1846-1874), ibu kota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan dia dikenal sebagai bupati yang progresif. Dialah peletak dasar master plan Kabupaten Bandung yang disebut Negorij Bandoeng.
Pada 1850 dia mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Masjid Agung. Kemudian dia memprakarsai pembangunan Sekolah Raja (Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren).
Atas jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala bidang dia mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda berupa Bintang Jasa sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang.
Pada masa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga, rel kereta api mulai dibangun, tepatnya pada 17 Mei 1884. Dengan masuknya rel kereta api ini ibu kota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan hanya pribumi, bangsa Eropa, dan Cina pun mulai menetap di ibu kota sehingga dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin maju.
Setelah wafat penggantinya diangkat R.A.A. Martanegara, bupati ini pun terkenal sebagai perencana kota yang cemerlang. Martanegara juga dianggap mampu menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam menata wilayah kumuh menjadi permukiman yang nyaman.
Pada masa pemerintahan R.A.A. Martanegara (1893-1918) atau tepatnya pada 21 Februari 1906, Kota Bandung sebagai ibu kota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya).
Periode selanjutnya Bupati Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakoesoema V (Dalem Haji) yang menjabat selama 2 periode. Pertama tahun 1920-1931 sebagai bupati yang ke-12 dan berikutnya tahun 1935-1945 sebagai bupati yang ke-14.
Pada periode tahun 1931-1935 R.T. Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke-13. Selanjutnya bupati ke-15 adalah R.T.E. Suriaputra (1945-1947) dan penggantinya adalah R.T.M. Wiranatakusumah VI alias Aom Male (1948-1956). Kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura sebagai bupati ke-17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956-1957).
Bupati berikutnya adalah Letkol. R. Memet Ardiwilaga (1960-1967). Kemudian pada masa transisi (Orde Lama ke Orde Baru) dilanjutkan oleh Kolonel Masturi.
Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke wilayah hukum Kabupaten Bandung, yakni daerah Baleendah.
Peletakan batu pertamanya pada 20 April 1974, yakni pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke-333. Rencana pemindahan ibu kota tersebut berlanjut hingga jabatan bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980-1985).
Atas pertimbangan secara fisik geografis, daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai ibu kota kabupaten karena sering dilanda banjir. Oleh karena itu, ketika jabatan bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi (1985-1990), ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yakni Soreang.
Di tepi Jalan Raya Soreang, tepatnya di Desa Pamekaran inilah dibangun pusat pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 hektare, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U. Djatipermana sehingga pembangunan tersebut memerlukan waktu sejak 1990 hingga 1992.
Kantor Bupati Bandung
Pada 5 Desember 2000, Kolonel H. Obar Sobarna terpilih oleh DPRD Kabupaten Bandung menjadi Bupati Bandung dengan didampingi oleh Drs. H. Eliyadi Agraraharja sebagai wakil bupati.
Sejak itu, Soreang betul-betul difungsikan menjadi pusat pemerintahan. Pada 2003 semua aparat daerah, kecuali Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan, Kantor BLKD, dan Kantor Diklat, sudah resmi berkantor di kompleks perkantoran Kabupaten Bandung.
Pada periode pemerintahan Obar Sobarna, yang pertama dibangun adalah stadion olahraga, yakni Stadion Si Jalak Harupat. Stadion ini merupakan stadion bertaraf internasional yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Bandung.
Selain itu, berdasarkan aspirasi masyarakat yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Kota Administratif Cimahi berubah status menjadi kota otonom.
Pada 5 Desember 2005, Obar Sobarna menjabat Bupati Bandung untuk kali kedua didampingi oleh H. Yadi Srimulyadi sebagai wakil bupati melalui proses pemilihan langsung.
Pada masa pemerintahan yang kedua ini, berdasarkan dinamika masyarakat dan didukung oleh hasil penelitian dan pengkajian dari lima perguruan tinggi, secara yuridis terbentuklah Kabupaten Bandung Barat bersamaan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota Kabupaten Bandung Barat terletak di Kecamatan Ngamprah. Bupati Bandung Barat masa jabatan 2008-2013 adalah Abubakar.
Wilujeung milangkala ka-381 tahun Kabupaten Bandung.***