BANDUNGMU.COM, Bandung — Di tengah hiruk-pikuk perayaan Tahun Baru Imlek, ada sebuah penganan tradisional yang tak pernah absen menghiasi meja sembahyang dan meja makan keluarga Tionghoa – Kue Keranjang. Makanan yang dalam bahasa Mandarin disebut Nian Gao atau Niangao ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan tahun baru lunar selama berabad-abad.
Dikutip dari laman bandung.go.id, kisah Kue Keranjang berawal dari sebuah kepercayaan kuno di Tiongkok tentang Dewa Dapur yang bertugas mengawasi kehidupan setiap rumah tangga. Menurut cerita rakyat, setiap akhir tahun, sang dewa akan naik ke langit untuk melaporkan segala tingkah laku penghuni rumah kepada Kaisar Langit.
Demi mencegah laporan yang kurang baik, masyarakat Tionghoa kuno kemudian menciptakan sebuah solusi cerdik: mereka mempersembahkan kue manis yang lengket untuk “menutup mulut” Dewa Dapur. Tradisi inilah yang kemudian berkembang menjadi ritual persembahan kue keranjang yang kita kenal sekarang.
Dalam perkembangannya, kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini tidak sekadar menjadi persembahan biasa. Pengucapan “nian gao” yang mirip dengan kata “tahun tinggi” dalam bahasa Mandarin memberikan makna simbolis yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa.
Bentuk kue keranjang yang bulat tanpa ujung melambangkan ikatan tanpa batas dalam keluarga. Filosofi ini menegaskan harapan agar keluarga yang merayakan Imlek senantiasa rukun dan tetap bersatu sepanjang tahun, tak peduli rintangan apapun yang menghadang.
Tradisi membagikan kue keranjang kepada kerabat dan tetangga juga memiliki makna tersendiri. Pemberian ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki dan kemakmuran, bukan hanya bagi si pemberi tetapi juga bagi yang menerima. Lebih dari sekadar makanan, kue keranjang menjadi simbol gotong royong dan kebersamaan dalam komunitas.
Karakteristik fisik kue keranjang pun sarat makna. Teksturnya yang lembut, tetapi kenyal menggambarkan keuletan dan daya juang tinggi. Daya tahannya yang lama melambangkan hubungan yang awet, sementara rasa manisnya menjadi simbol sukacita dalam menjalani kehidupan.
Susunan kue keranjang yang bertingkat dan mengerucut ke atas tidak lepas dari harapan akan peningkatan rezeki dan kemakmuran. Setiap lapisan seolah mewakili tangga kesuksesan yang harus didaki dengan tekun dan sabar.
Proses pembuatan kue keranjang yang memakan waktu lama mengajarkan nilai-nilai kesabaran dan ketekunan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengolah bahan-bahan sederhana menjadi penganan yang berharga ini menjadi pengingat bahwa hasil terbaik selalu membutuhkan proses yang tidak instan, layaknya perjalanan hidup manusia itu sendiri.***