PMB Uhamka
Traveliana

Menengok Museum Pos Indonesia yang Sudah Berusia 101 Tahun

×

Menengok Museum Pos Indonesia yang Sudah Berusia 101 Tahun

Sebarkan artikel ini
Foto: Tourbandung.id.

BANDUNGMU.COM – Selain Museum Geologi, salah satu museum di Bandung yang wajib dikunjungi adalah Museum Pos Indonesia yang terletak di Jalan Cilaki, Bandung Wetan, Kota Bandung.

Tahun ini, Museum Pos Indonesia telah menginjak umurnya yang ke 101 tahun. Meskipun sudah berdiri lebih dari satu abad lamanya, museum yang letaknya berdekatan dengan kantor Gubernur Jawa Barat ini masih kokoh dan terawat dengan baik. Dengan dominasi cat berwarna putih, museum ini memamerkan berbagai koleksi perangko, surat, hingga segala perlengkapan surat menyurat lainnya.

buku

Mengutip Asosiasi Museum Indonesia, koleksi yang ada di museum Pos Indonesia ini terdiri atas perangko berasal dari seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 131 juta keping. Selain itu, terdapat juga 200 koleksi peralatan menyurat, seperti alat cetak perangko, kotak surat, surat-surat berharga, timbangan paket, dan lain sebagainya.

Museum ini dikelola di bawah naungan PT Pos Indonesia Persero. Untuk semakin mengenal salah satu museum tua di Kota Bandung ini, simak sejarah dan koleksi unik yang ada di Museum Pos Indonesia.

Baca Juga:  Rekreasi Seni dan Budaya ke Kampung Jelekong

Sejarah Museum Pos Indonesia

Bangunan Museum Pos Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia Belanda yang sebelumnya bernama Pos Telegraph dan Telepon (PTT). Museum PTT berdiri sejak 1931, hingga akhirnya Menteri Pariwisata, Achmad Tahir,  mengubah namanya menjadi Museum Pos Indonesia pada 1983.

Museum Pos Indonesia dirancang oleh dua orang arsitek bernama J. Berger dan Leutdsgebouwdienst yang dimulai pada 1920 dengan gaya arsitektur Italia masa Renaissance. Namun, sejak peralihan kekuasaan Belanda ke Jepang, museum ini sempat tidak terawat dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Hingga pada 1980, Perum Pos dan Giro mulai memperbaiki dan mengumpulkan benda koleksi museum.

Barang Koleksi Unik

Banyak sekali koleksi surat, perangko, dan segala alat pos yang dimiliki oleh Museum Pos Indonesia. Salah satu koleksi berharga milik museum adalah surat-surat emas milik raja atau biasa disebut juga golden letter.

Baca Juga:  Soto Bandung Bikin Nagih Rasanya. Inilah Resep & Cara Membuatnya

Surat emas atau golden letter ditulis dalam bahasa daerah dengan menggunakan alat tulis berupa kertas, daun lontar dan nipah, emas, perunggu, dan lainnya. Tujuan pesan yang disampaikan dalam golden letter ini ialah sebagai perayaan hubungan Inggris dan Indonesia, juga sebagai penghormatan terhadap keberagaman tulisan dan sarana komunikasi tradisional.

Surat raja dari nusantara yang sudah ditulis selama lebih dari empat ratus tahun dalam bahasa Melayu dan menggunakan huruf Jawi (huruf Arab-Persia) menjadi sarana komunikasi, baik bagi raja-raja dan para pedagang pada saat itu. Hal paling menarik dari surat emas adalah unsur seni dalam surat karena ditulis dengan keterampilan tangan tingkat tinggi.

Selain itu, ada pula koleksi pertama perangko pertama Hindia Belanda yang terbit pada 1864. Prangko ini menampilkan gambar Raja Willem III dari Belanda dengan nominal 10 cent. Perangko Hindia Belanda pertama kali dicetak oleh Firma John Enschede & Zonen di Haarlem Belanda, hingga pada 1931, percetakan dilakukan oleh Reproductie Bedrijf Van De Topografische Dienst di Batavia.

Baca Juga:  Sejarah Singkat Lezatnya Sate Maranggi

Benda koleksi unik yang masih terawat di Museum Pos Indonesia lainnya adalah Brievenbus atau bis surat. Bis surat digunakan untuk mengumpulkan surat yang sudah diberi alamat tujuan dan perangko.

Bis surat pertama kali dipasang pada 1829 oleh Kantor Pos Batavia dan dari sana mulai menyebar ke berbagai daerah. Bus surat biasanya akan dipasang di tempat yang strategis, seperti di kota dan gedung-gedung kenegaraan.

Selain ketiga koleksi bernilai tinggi milik Museum Pos Indonesia di atas, masih banyak koleksi bernilai historis tinggi lainnya yang masih terawat apik di dalam museum. Namun, sayangnya saat ini Museum Pos Indonesia masih belum bisa diakses karena situasi pandemi yang terjadi. Penutupan Museum Pos Indonesia dimulai sejak 16 Maret 2020 hingga waktu yang belum ditentukan.

Penulis: Jessy Febriani, Sumber: Ayobandung.com

PMB Uhamka
buku