BANDUNGMU.COM, Bandung — Di wilayah timur Bandung, terdapat sebuah kecamatan yang menyimpan cerita sejarah dan keunikan tersendiri. Kecamatan Cimenyan, bagian dari Kabupaten Bandung, bukan sekadar area administratif, melainkan juga cerminan harmoni alam dan tradisi yang kaya makna.
Berdasarkan catatan sejarah, Kecamatan Cimenyan lahir dari perluasan wilayah Kota Bandung pada 1987. Sebelumnya, area ini adalah bagian dari Kecamatan Cicadas di Kabupaten Bandung. Namun, seiring pemekaran wilayah, sebagian Cicadas masuk ke Kota Bandung, sementara sisanya membentuk kecamatan baru yang dikenal sebagai Cimenyan. Lokasinya yang berada di utara Kota Bandung menjadikannya sebagai gerbang alami antara kota besar dan suasana pegunungan.
Topografi Kecamatan Cimenyan yang berbukit-bukit adalah bagian dari rangkaian pegunungan di Bandung utara. Wilayah ini membentang dari Taman Hutan Raya Ir H Djuanda di sisi barat hingga Oray Tapa di timur. Keindahan alamnya semakin menonjol dengan keberadaan objek wisata populer seperti Bukit Moko dan Tebing Keraton, yang menawarkan pemandangan memukau serta udara segar khas pegunungan.
Secara administratif, Cimenyan membawahi sembilan desa, termasuk Cibeunying, Ciburial, dan Padasuka. Wilayah ini juga memiliki keunikan geografis tersendiri, karena terpisah dari Kabupaten Bandung lainnya oleh wilayah Kota Bandung. Hal ini menjadikan Cimenyan sebagai kawasan dengan karakteristik khas, yang memadukan suasana pedesaan dan kedekatan dengan pusat kota.
Namun, bukan hanya topografinya yang membuat Cimenyan istimewa. Nama kecamatan ini memiliki filosofi yang dalam, diambil dari pohon menyan, pohon besar yang menjadi ikon kawasan ini. Dahulu kala, sebelum wilayah ini menjadi desa, kawasan Cimenyan merupakan hutan belantara yang dipenuhi pohon-pohon besar, termasuk pohon menyan yang beraroma harum menyengat. Hingga kini, pohon menyan masih berdiri kokoh di Kampung Cimenyan Kolot sebagai simbol sejarah dan identitas daerah.
Filosofi pohon menyan menjadi inspirasi bagi masyarakat setempat. Pohon ini melambangkan harapan agar warga Cimenyan dapat membawa harum nama desa mereka, seperti aromanya yang khas, serta menjaga persatuan dan kebersamaan seperti akar pohon yang merambat erat. Semangat ini dihidupkan oleh Anggadireja, kepala desa pertama, yang memberi nama desa tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada warisan alam dan tradisi lokal.
Cimenyan kini menjadi kawasan yang harmonis, memadukan keindahan alam, sejarah, dan nilai-nilai kebersamaan. Sebuah perjalanan ke kecamatan ini bukan hanya tentang menikmati pemandangan, tetapi juga merasakan filosofi hidup yang mendalam dari sebuah nama yang sarat makna. ***