BANDUNGMU.COM, Bandung — Kebun Binatang Bandung, yang telah menjadi ikon rekreasi keluarga di Kota Bandung, menyimpan kisah panjang penuh dinamika sejak awal berdirinya. Berawal pada tahun 1900, gagasan mendirikan kebun binatang muncul dari inisiatif Bupati RAA Martanegara di Cimindi, sementara komunitas pencinta satwa membangun kebun binatang lain di Bukit Dago.
Pada tahun 1923, di bawah pengaruh Bandoeng Vooruit, sebuah perkumpulan swasta Belanda yang berfokus pada pengembangan pariwisata, didirikanlah Jubileum Park sebagai taman botanik untuk memperingati 50 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina. Seiring waktu, kebun binatang dari Cimindi dan Bukit Dago disatukan dan dipindahkan ke bagian selatan Jubileum Park pada tahun 1933, di lahan yang sekarang dikenal sebagai Jalan Tamansari.
Pendirian Bandoengsche Zoologisch Park ini diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, dengan dukungan ekonomi kuat dari Hogland, seorang bankir terkemuka. Kandang gajah yang dibangun oleh kontraktor Thio Tjoan Tek menjadi simbol monumental keberadaan kebun binatang ini. Seperti taman-taman lain di Bandung pada masa itu, kebun binatang ini dirancang untuk melengkapi infrastruktur kota dengan tujuan rekreasi dan edukasi.
Namun, perjalanan Kebun Binatang Bandung tidak selalu mulus. Pendudukan Jepang pada tahun 1942 membawa tantangan besar. Banyak orang Belanda, termasuk Hogland, ditahan, dan pengelolaan kebun binatang jatuh ke tangan pribumi seperti Raden Ema Bratakoesoema. Dalam kondisi perang dan kekurangan sumber daya, keberlangsungan kebun binatang terancam.
Pasca-kemerdekaan, situasi tak kunjung membaik. Hingga pada tahun 1956, Hogland kembali ke Bandung dan bersama Raden Ema memutuskan untuk mendirikan Yayasan Margasatwa Tamansari (Bandoeng Zoological Garden). Yayasan ini menjadi tonggak baru pengelolaan kebun binatang, meski pada akhir 1957 Hogland kembali ke Belanda, menyerahkan sepenuhnya kepemimpinan kepada Raden Ema hingga wafat pada 1984.
Dalam perjalanannya, Kebun Binatang Bandung hampir dipindahkan ke Jatinangor pada medio 1990. Rencana ini muncul karena Pemkot Bandung berencana menyerahkan wilayah Tamansari kepada ITB untuk perluasan kampus. Namun, kendala dana membuat rencana ini tak terwujud. Ironisnya, sebagian kampus ITB justru kini berada di Jatinangor.
Hingga hari ini, Kebun Binatang Bandung tetap berdiri, menjadi saksi perjalanan sejarah kota dan bertransformasi sebagai tempat rekreasi yang terus berkembang untuk masyarakat Bandung dan sekitarnya.***