Tedi Taufiqrahman, Kolumnis
Eiger minta maaf. Iya itu sudah sepantasnya,
Urusan sudah selesai. Drama satu babak berakhir, emang adegan seperti apa lagi yang kamu harapkan?
Pihak Eiger tidak minta maaf, malah menambah alasan mengenai keberatannya, pasukan netizen Mas Dian mengular, isu semakin ramai.
Kalau seperti itu, ceritanya bakal seru, kita, aku dan kamu dan semua netizen di Indonesia, menantikan adegan selanjutnya.
Tentu saja pihak-pihak di sekitar, ya terutama kompetitor Eiger gembira mendapat kabar ini, terus memanfaatkannya.
Tapi sekarang? Setelah permintaan maaf, apa yang akan dimanfaatkan oleh kompetitor?
Rasanya gak ada, mereka kembali pada posisi semula, posisi kedua, ketiga, keempat sampai tidak terlihat.
Yang pertama tetap Eiger, dengan ksatria meminta maaf, secara terbuka. Dan respon bijak Mas Dian menyempurnakannya, “semoga jadi pembelajaran bersama” katanya.
Ah siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, termasuk merk sebesar Eiger, justru dengan kesalahan ini, Eiger menunjukan betapa manusiawinya merk itu. Dan menegaskan perilaku kompetitor seperti apa?
Ini orang sedang kena musibah malah memanfaatkan buat jualan? Kan cara yang tidak terlalu terpuji. Ya jadi kita sedikit tahu kenapa mereka tidak pernah jadi nomor satu.