BANDUNGMU.COM-Persyarikatan Muhammadiyah berdiri tegak mencipta peradaban diinisiasi faham agama. Setiap hadirnya permasalahan, seperti pandemik Covid-19, haruslah dihidupi perspektif nilai-nilai Agama. Sebab, berdirinya Muhammadiyah di Indonesia berakar kuat pada landasan Agama.
Hal itu disampaikan Ustadz. Dr. Munawwar Khalil, Wakil Ketua MPK PP Muhammadiyah, pada Pengajian Civitas Akademik Universitas Muhammadiyah Bandung bertema “Spirit Pengkaderan di Era Digital”, Sabtu (23/01/2021).
Dia juga mengimabau untuk terus-menerus menjaga tradisi keilmuan melalui pengajian untuk mencetak kader-kader unggul dan memiliki semangat menegakkan Agama Islam.
“Awalnya muhammadiyah ada, karena adanya pengajian. Kyai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah bukan sekadar untuk memperbanyak sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, atau amal usaha lainnya. Namun, untuk dakwah menegakkan Agama Islam. Terbukanya wadah lapangan kerja itu adalah efek samping; intinya adalah wadah pengabdian bagi kader dan untuk pengkaderan.” paparnya.
Pada acara pengajian yang dihadiri civitas akademika Universitas Muhammadiyah Bandung itu, ia mengungkapkan bahwa hadirnya kompleksitas masalah di internal dan eksternal Muhammadiyah, sangat terkait dengan keberagamaannya (fungsi keberislamannya-red).
Dia berharap Muhammadiyah mampu mencetak kader unggul, ideal, dan berakhlak. “Profil kader adalah gambaran ideal wajah dan perilaku kader muhammadiyah dalam keseharian. Setiap pembelajaran di Muhammadiyah harus ada misi pengkaderan.” katanya.
Karenanya diperlukan 4 Kompetensi kader yang harus menjadi ruh gerakan Muhammadiyah. 1) Kompetensi Agama, 2) Kompetensi Akademis Intelektual, 3) Kompetensi Sosial, dan 4) Kompetensi Kepmimpinan & Keorganisasian.
Kaitan dengan pengkaderan generasi milenial, ia menjelaskan harus ada pendekatan yang terukur dan terarah, sehingga mmiliki dampak yang baik bagi kader.
“Pendekatan pengkaderan bagi generasi milenial adalah dng langkah 5R (Research, Relevance, Rationale, Relaxed, Rapport). Selain memanfaatkan teknologi, mesti juga ada aspek religion humanistic touch.” Pungkasnya.
Kontributor: Moch. Fadlan