UMBandung
Sosbud

Asal-usul Goyang Karawang, Ternyata Berawal dari Panen Padi Masyarakat

×

Asal-usul Goyang Karawang, Ternyata Berawal dari Panen Padi Masyarakat

Sebarkan artikel ini
Goyang Karawang. (ANTARA | M IBNU CHAZAR).

BANDUNGMU.COM – Kota Karwang terkenal dengan goyang jaipongnya yang sering disebut goyang Karawang. Seperti apa sejarahnya? Istilah goyang Karawang yang kerap terdengar, ternyata memiliki banyak versi.

Abah Sarjang, salah seorang seniman yang dituakan di Kabupaten Karawang, menyebut jika jargon goyang Karawang sudah dikenal sebelum Indonesia merdeka.

Saat itu, Karawang sudah memiliki berbagai jenis kesenian yang menjadi kebanggaan daerahnya seperti ketuk tilu, ajéng, topeng banjet, dan sebagianya.

Sementara itu, seorang penulis, Engkos Koswara, menyebut jika istilah goyang Karawang sudah ada sejak zaman kolonial.

Baca Juga:  Sudah Berusia 100 Tahun, Inilah Sejarah Singkat Peci Iming

Karawang yang dikenal sebagai daerah lumbung padi, turut andil terhadap lahirnya istilah goyang Karawang.

Engkos menambahkan, proses pengolahan padi hingga menjadi beras kala itu tidak sama dengan sekarang. Pengolahan untuk menjadi beras tersebut menggunakan alat tradisional dan tenaga manusia.

Berbeda dengan sekarang, masyarakat waktu itu menggunakan alat tumbuk padi yang terdiri dari antan (halu) dan lesung agar padi menjadi beras. Proses penumbukan padi tersebut biasanya dilakukan oleh kaum wanita, baik yang sudah dewasa maupun remaja.

Baca Juga:  Ada Peran Orang Sunda Dalam Eksistensi Muhammadiyah di Aceh

Terciptanya gerakan-gerakan yang menyerupai goyangan tersebut mermula saat penumbukan, kemudian, saat bulir beras dipisahkan dari gabah yang belum tertumbuk.

Para wanita tersebut mulai memperagakan goyangan khas yang disebut ”nginter” yang merupakan sebuah gerakan memutar tampah (nyiru) yang di atasnya terdapat gabah yang sudah ditumbuk yang bertujuan untuk memisahkan bulir beras dengan gabah.

Dalam proses nginter, terjadi gerakan tubuh termasuk bagian pinggul dengan badan sedikit condong ke depan sehingga bagian pinggul semakin terlihat bergoyang secara kontinu.

Baca Juga:  Menengok Masjid Salman ITB Yang Didirikan Penuh Rintangan

Bahkan perempuan desa waktu itu memiliki kebiasaan memukul lesung bersama-sama saat menumbuk padi dan memiliki irama tertentu yang menimbulkan harmoni bunyi.

Sebagian dari perempuan tersebut juga melantunkan tembang-tembang berbahasa Sunda, kawih-kawih Sunda pun kerap meramaikan suasana penumbukan padi.

Dari gerakan-gerakan pengolahan padi tersebut mulai tercipta beragam jenis tarian khas Karawang, dan sejak itu pula istilah goyang Karawang mulai dikenal hingga luar daerah.***(Sarah Nurul Fatia/PR).

Seedbacklink