PMB Uhamka
Sosbud

Filosofi Ngaos, Mamaos, dan Maenpo

×

Filosofi Ngaos, Mamaos, dan Maenpo

Sebarkan artikel ini
Masjid Agung Cianjur (Foto: simparda.cianjurkab.go.id)

BANDUNGMU.COM — Cianjur adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Kecamatan Cianjur.

Cianjur yang terkenal dengan makanan khasnya yakni tauco dan punya banyak spot wisata, punya tiga filosofi yang sangat terkenal yakni ngaos, mamaos, dan maenpo.

Mengutip laman Wikipedia, Sabtu 04 Juni 2022, berikut penjelasan singkat 3 filosofi Cianjur tersebut.

Ngaos

Ngaos adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang dilekati dengan keberagamaan.

Citra sebagai daerah agamais ini konon sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 di mana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam.

Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kiai sehingga mendapat julukan “kota santri”.

Baca Juga:  Wajit Cililin, Camilan Khas Bandung Favorit Menak Sejak Abad ke-15

Bila ditengok sekilas sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa perang kemerdekaan bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok pesantren.

Banyak pejuang yang meminta restu para kiai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kiai.

Mamaos

Mamaos adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup sehari-hari.

Seni mamaos tembang sunda Tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa, dan karsa Bupati Cianjur Raden Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Ia menjadi dalem tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862.

Baca Juga:  Badak Putih, Penunggu Setia Balai Kota Bandung

Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (kecapi besar dan kecapi rincik [kecapi kecil] sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru.

Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.

Maenpo

Maen po adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maenpo ini adalah Raden Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim.

Aaliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu liliwatan (penghindaran) dan peupeuhan (pukulan).

Bagaimana, tiga filosofi Cianjur ini sangat keren kan? Setiap kota atau kabupaten di Jawa Barat punya ciri khas masing-masing.

Baca Juga:  SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Gelar Culture Exchange Workshop, Tampilkan Keberagaman Budaya Lima Negara

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan simbol rasa keberagamaan, kebudayaan, dan kerja keras.

Dengan keberagamaan sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketakwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang baik dan mulia.

Dengan kebudayaan, masyarakat Cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama, dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup.

Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukkan semangat keberdayaan yang tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan.

Liliwatan, tidak semata-mata permainan beladiri dalam pencak silat, tetapi juga ditafsirkan sebagai sikap untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang maksiat.

Sementara peupeuhan atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan di dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.***

PMB Uhamka