PMB Uhamka
Sosbud

Kenapa Emak-emak Sering Menyalakan Sein Kanan Tapi Belok Kiri?

×

Kenapa Emak-emak Sering Menyalakan Sein Kanan Tapi Belok Kiri?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi perempuan bawa motor di jalan raya. (Foto: hipwee.com)

BANDUNGMU.COM – Ada yang sering mengalami kagok di jalan karena di depan motor kita ada emak-emak yang bawa motor menyalakan sein ke kiri tapi beloknya ke kanan? Ya pasti sering mengalaminya.

Mesikupun tidak semua emak-emak seperti itu, tetapi kita cukup sering melihat peristiwa yang membuat kita garuk-garuk kepala ini di jalanan. Dengan santainya ada sebagian emak-emak bawa motor, kemudian nyalain lampu sein kanan tapi malah beloknya ke kiri ataupun sebaliknya.

Mungkin kita akan berkata lebih baik menyalip mobil tronton bermuatan semen daripada harus menyalip emak-emak yang bawa motor. Penyebabnya karena mereka biasanya akan belok mendadak ke kiri atau ke kanan tanpa menyalakan sein atau menyalakan sein tapi ya itu tadi seperti disinggung di atas.

Lantas kenapa sih bisa seperti itu ya? Ulasan berikut mungkin bisa sedikit membantu rasa penasaran banyak orang.

Kurang fokus

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, kesalahan penerapan sein ketika mau belok terjadi karena kurang fokus.

”Itu karena tidak fokus. Tidak fokus ini juga misalkan salah fokus, karena wanita takut dengan bahaya, sehingga lupa. Lampu sein ke kanan tapi jalannya lurus, atau belok ke kiri,” kata Jusri seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (28/04/2021).

Baca Juga:  Yuk, Mengenal Ikan Paray

Kurang fokus ini tidak hanya soal penerapan sein. Kurang fokus di jalan juga menjadikan gaya berkendara jadi sembarangan. Misalkan pelan di jalur cepat atau sebaliknya.

”Ada yang bilang tidak fokus itu karena tidak konsenrasi, padahal konsentrasi itu mutlak di jalan harus konsentrasi penuh,” katanya.

Agus Sani Head of Safety Riding Promotion Wahana mengatakan, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pengendara wanita terkait lampu sein. Menurut Agus, tak sedikit pengendara wanita langsung memilih terjun ke jalan raya padahal mereka belum terlalu mahir mengendarai motor.

”Wanita biasanya belum memahami karakter motornya terlebih dahulu, seperti fungsi rem, gas, dan komponen lain seperti sein. Oleh karena itu, sering ditemui di jalan yang ingin belok kiri tetapi yang dinyalakan lampu sein kanan,” kata Agus.

Lupa matikan sein

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, kebingungan soal sein juga sering terjadi karena lupa mematikan sein. Tidak sedikit wanita yang lupa mematikan lampu isyarat ketika selesai berbelok atau berganti arah sehingga membuat bingung pengendara lain.

Baca Juga:  Savoy Homann, Hotel Pertama di Bandung

”Pengendara wanita juga sering tidak mematikan lampu sein ketika berbelok,” ucap Sony.

Panik

Sementara itu, Instruktur Safety Riding Astra Honda Motor (AHM) Hendrik Ferianto punya pandangan sendiri. Menurutnya, kebanyakan wanita dalam berkendara atau melakukan apa pun biasanya menggunakan perasaan.

”Setiap pengguna jalan, baik itu pejalan kaki, wanita atau pria itu karakternya beda-beda. Dan mereka punya kelemahan masing-masing. Pengendara wanita mereka lebih menggunakan perasaan. Saat mereka diintimidasi, mereka cenderung panik. Kalau orang panik dia akan melakukan dua hal, bergerak sembrono atau diam,” kata Hendrik seperti dikutip dari detikOto, Rabu (28/042021).

”Yang terjadi adalah ada seorang wanita salah sein. Sebenarnya salah sein ini kalau boleh disurvei, mereka jawabnya pasti bilang sudah benar nyalakan sein. Sebenarnya (salah menyalakan sein) itu adalah lebih ke arah lupa dan panik. Misalnya gini, ada perempuan naik motor diklaksonin terus. Namanya orang panik, dia mau ngegas itu bisa jadi ngerem, ngerem bisa jadi ngegas. Apalagi perempuan, bisa salah tingkah,” sambungnya.

Baca Juga:  Belum Banyak Diketahui, Inilah Asal-usul Nama Cibeunying

Lantas kenapa yang kebanyakan salah menyalakan sein itu ibu-ibut? Menurut Hendrik, emak-emak yang kerap salah menyalakan lampu sein itu karena kemampuan naik motornya rendah.

”Jadi naik motor itu butuh skill, mental, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman. Banyak pengendara wanita yang learning by doing sehingga mereka tidak siap secara mental tapi modalnya yang penting bisa jalan aja. Coba tanya, ada enggak lady biker yang salah sein? Enggak ada kan? Karena mereka siap secara mental. Dalam berkendara itu enggak cuma butuh yang namanya skill, tapi juga mental. Mental ini ada pengalaman, perasaan. Kalau minim pengalaman, gampang panik, diklaksonin dari belakang, yang tadinya sein kiri jadi sein kanan, karena sudah panik,” kata Hendrik.

Intinya, sebut dia, kebanyakan pengendara perempuan berkendara dengan perasaan. Mereka juga mudah panik saat diintimidasi atau saat diberi tekanan oleh pengendara lain. Misalnya selalu diklakson dari belakang oleh pengendara lain, mereka cenderung mudah panik.

”Kemudian mereka tidak punya kemampuan untuk mengambil keputusan secepat pria,” sebut Hendrik.

PMB Uhamka