BANDUNGMU.COM – Dampak pandemi COVID-19 ternyata juga dirasakan oleh pelaku usaha seni termasuk pengrajin wayang golek. Tatang Heryana (66), salah satu generasi ketiga pembuat wayang golek di Bandung, Jawa Barat ikut terkena dampak pandemi COVID-19.
Tatang sedang membuat wajah wayang golek pasangan seperti Shinta dan Rama dengan menggunakan bahan kayu albasiah yang ditebang dari kebun sendiri. Tatang mengatakan, kerajinan wayang golek lebih diminati turis mancanegara. Biasanya pembeli wayang golek kebanyakan dari Eropa, sehingga di masa pandemi tentu mengikis penghasilannya, karena wisata dibatasi untuk mancanegara.
Turis pembeli berkurang
Dia mengatakan, jika tidak pandemi, turis yang datang dan membeli kerajinan khas tanah Pasundan ini bisa mencapai puluhan orang.
“Kalo tidak pandemi biasanya dalam satu minggu ada kurang lebih sampai 4 rombongan, dalam 1 rombongan itu bisa mencapai 28 orang hingga maksimal 32 orang,” ujarnya.
Berbagai cara dilakukan untuk tetap bertahan di tengah masa sulit ini, terlebih pengrajin wayang golek di Bandung tidak banyak. Salah satu cara yang dilakukan ialah terus memproduksi wayang sebanyak mungkin hingga melewati musim pembeli di tahun depan.
Tatang menuturkan, selama satu tahun biasanya masa untuk menyimpan stok wayang golek itu selama enam bulan. Dia menghitung masa penjualan laris dan masa produksi wayang golek.
Mahalnya Biaya Pengiriman
Biaya pengiriman yang mahal juga menjadi pertimbangan Tatang untuk tidak menjualnya secara online hingga ke luar negeri.
“Mereka yang datang ke sini dikarenakan harga biaya kirimnya lebih mahal dari biaya produksinya. Untuk harga wayang golek Rp 800 ribu biaya ekspedisinya bisa mencapai Rp 1,2 juta,” kata Tatang.
Kisaran harga untuk wayang golek yang dibuat Tatang untuk yang paling kecil yaitu bolpoin dibanderol Rp 20 ribu dengan pengerjaan selama 1 hari hingga selesai. Ada juga untuk ukuran pedalangan antara Rp 850 ribu – Rp 900 ribu, berbeda dengan ukuran yang lebih besar lagi mencapai Rp 1,5 juta.
Pada masa keemasannya, wayang buatan keluarga Tatang bisa sampai ke Eropa dan bertahan di sana selama puluhan tahun karena kualitas bahan yang digunakan adalah yang terbaik. Di tangan ayahnya (Ruhiyat) wayang golek juga sempat menjadi cendramata Istana saat kepresidenan Ir. Soekarno.