UMBandung
Sosbud

Kisah Perajin Truk Mini, Jatuh Bangun Melawan Rantai Niaga yang Menindas

×

Kisah Perajin Truk Mini, Jatuh Bangun Melawan Rantai Niaga yang Menindas

Sebarkan artikel ini
Foto: https://galamedia.pikiran-rakyat.com/.

BANDUNGMU.COM – Perjuangan mempertahankan usaha mainan tradisional mobil truk mini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Selain bersaing dengan gempuran mainan anak masa kini yang kian canggih dan menarik, perajin miniatur mobil truk harus berjibaku dengan iklim usaha yang tak sehat.

Kondisi itu yang kini dialami Yulianto (44). Seorang warga Kampung Margaluyu Mekar, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang telah berkecimpung selama 12 tahun membuat kerajinan mainan truk mini.

Beberapa kali ia harus berurusan dengan pihak bank karena kesulitan modal karena minimnya laba dari usaha ini. Urusan dengan bank tak lantas menyelesaikan masalahnya, ia justru makin memeras keringat karena dikejar waktu bayar dan bunga sebesar gunung.

Baca Juga:  Soekarno, Peci, dan Identitas Nasional

“Usaha ini sering tak berjalan mulus. Untuk mempertahankannya saya harus beberapa kali urusan dengan bank. Sudah dua kali saya hampir bangkrut karena pinjam modal ke bank,” jelas pria akrab disapa Anto itu.

Anto keukeuh menjadi perajin truk mini bukan saja sebagi ladang usaha. Melainkan sebagai upaya mempertahankan mainan tradisional yang lambat laun mulai ditinggalkan anak-anak.

Kini ia telah memiliki 15 orang karyawan dengan rata-rata perbulan memproduksi 2.000 buah truk mini. Hasil mainan itu dikirim ke toko-toko mainan di daerah Karawang, Cikarang, Jakarta, Jongol, hingga Banjaran dengan harga variatif mulai dari Rp80 ribu hingga Rp250 ribu.

Baca Juga:  Angklung Buhun, Pengiring Ritual dan Identitas Masyarakat Baduy

“Mobil oleng ukuran kecil dipatok Rp80 ribu, ukuran sedang Rp100 ribu, yang besar Rp170 ribu, dan truk special Rp250 ribu,” ucapnya.

Meski hasil produksi besar, keuntungan penjualan sering minim karena habis untuk beli bahan baku serta ongkos antar.

“Harga bahan baku terus naik. Tapi harga jual kita ke toko-toko susah untuk dinaikkan. Mereka pasti komplain,” tambahnya.

Ia berharap semangat mempertahankan mainan tradisional dapat didukung pemerintah dan kerajinan truk mini jadi ciri khas Bandung Barat. Ayah tiga anak itu juga berharap pemerintah bisa memberi bantuan modal dengan bunga rendah agar perajin mainan bisa mendapat untung.

Baca Juga:  Menengok Aktivitas Budidaya Lebah Trigona di Pusat Kota Bandung

Selain itu, perajin truk mini perlu dukungan berupa rantai pemasaran dan kepastian harga bahan baku kayu, agar tak sewaktu-waktu naik sehingga menjadi rantai niaga yang menindas.

“Selama ini kami belum dapat bantuan apapun dari pemerintah. Padahal, mainan truk mini kan khas Cipatat, Bandung Barat,” pungkasnya.

Sumber: Ayobandungmu.com

PMB Uhamka