BANDUNGMU.COM – Kreativitas bisa lahir dari siapa saja. Tidak mengenal siapa dan dari mana orangnya.
Seperti yang dilakukan Ade Syaripudin, warga Jalan Sasak Gantung, Nitipraja, Gang Ratna RT 01/RW 05, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Ia memanfaatkan sampah anorganik berupa kaleng minuman, tutup botol, plastik bekas, bahkan komponen elektronik seperti motherboard komputer, handphone, radio menjadi karya seni berbentuk miniatur vespa, motor gede, robot, hingga perahu.
Dengan bakat seni yang dimiliki sejak kecil, pria yang berusia hampir 70 tahun ini, berhasil menyulap sampah di sekitar rumahnya menjadi karya yang memiliki nilai seni.
Di depan rumah sederhananya, Ade memajang miniatur Vespa yang dibandrol hanya Rp15.000. Ade mengaku masih malu jika harus memajang semua karyanya, apalagi mematok harga bagi yang berminat membeli.
”Awal bikin ini (miniatur) dari dorongan anak-anak. Karena sejak kecil juga paling hobi seni, seperti gambar, lukis, bikin kerajinan,” tutur Ade, pada Kamis 25 Februari 2021.
”Bikin miniatur seperti ini sudah lama sebetulnya. Namun, baru saya keluarin tahun ini, yang dipajang miniatur Vespa dulu,” lanjutnya.
Bakat seni terpendam
Ade bercerita, saat lulus sekolah dasar, bakat seninya sempat terpendam karena harus mengikuti kakaknya bekerja di pasar sebagai penjual daging selama hampir 50 tahun. Sekitar tahun 2000-an, ketika usaha kakaknya bangkrut, Ade harus memutar otak untuk mencari pemasukan.
Atas saran dari sang anak, Ade pun berkreasi membuat anyaman dari sampah plastik bekas bungkus makanan dan minuman. Dari limbah tersebut, ia membuat tas dan alas duduk yang bisa dijual.
”Kata anak saya waktu itu, daripada hulang-huleng (melamun) mending bikin tas dari plastik bekas kopi. Karena katanya, saya bisa bikin apa pun dari plastik, seperti kerajinan yang dijual seharga Rp10.000 sampai Rp15.000,” ungkap Ade.
Tidak berhenti di limbah plastik, Ade juga berkreasi dengan bahan lain, yaitu kaleng bekas minuman. Di tangannya, bahan tersebut disulap menjadi miniatur motor gede. Meski ada yang berminat, tetapi Ade tidak berniat menjual karya pertamanya itu karena menyimpan kenangan.
Menggunakan alat-alat sederhana, seperti gunting, tang, penggaris, obeng, gergaji, dan lem besi, Ade merangkai satu per satu bahan yang berhasil dikumpulkan. Butuh waktu satu hari untuk membuat pola miniatur dari bagian terbesar hingga hingga bagian terkecil.
”Sebetulnya pengerjaannya bisa lebih cepat, tetapi masih terkendala alat. Saya ingin punya gurinda sama step. Kalau sekarang masih alat seadanya. Untuk satu miniatur motor vespa, bahannya itu selain kaleng, ada tutup botol sama spon untuk ban dan joknya,” katanya.
”Kalau komponen elektronik yang ada di motor gede, saya dapat dari tukang loak. Sekiranya bagus untuk dipasang saya beli, arloji juga bisa dipasang sebagai speedometer,” lanjutnya.
Di antara semua miniatur yang telah dibuat, Ade mengaku paling cepat menyelesaikan miniatur Vespa.
”Kalau yang capet bikinnya ya Vespa, bisa satu hari. Yang lama itu robot plus pistolnya. Lama karena menghabiskan puluhan kaleng,” ujarnya.
Bingung Soal Harga
Ade mengaku tak terbiasa jika harus menentukan harga untuk miniatur buatannya. Terlebih saat ini karyanya baru dikenal oleh masyarakat di lingkungan sekitar.
”Karena saya jiwanya pekerja, bingung juga menentukan harga. Seperti miniatur Motor Gede, dibeli Rp100 ribuan karena mungkin liat bahannya juga bukan hasil beli, melainkan dari bahan daur ulang,” katanya.
Sampai saat ini, pemasaran hasil karya Asep masih terbatas, belum dipasarkan secara luas, termasuk secara online. Ia mengaku gaptek (gagap teknologi), apalagi jika harus menggunakan media sosial untuk penjualan secara online.
Ade mengungkapkan, yang terpenting saat ini adalah karyanya bisa membuat limbah sampah menjadi bermanfaat.
”Saya bikin ini untuk mengisi waktu luang, berkarya. Sampahnya juga jadi bisa bermanfaat, tidak terbuang percuma. Kalau ada yang beli, syukur alhamdulillah,” katanya.
Diolah dari humas.bandung.go.id