BANDUNGMU.COM, Bandung — Di tengah gempuran budaya dan karakter pahlawan dari Barat dan Amerika, Toto Hadiyanto tetap setia mengukir karya wayang golek di Kota Bandung. Pria berusia 58 tahun ini telah menekuni kerajinan wayang golek selama lebih dari 33 tahun sejak 1990.
Setiap hari, Toto menghabiskan waktunya membuat wayang di kediamannya di Kelurahan Karang Pawulang, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung. “Saya belajar membuat wayang golek secara autodidak. Awalnya karena hobi, terus mencari kerja susah, akhirnya jadi perajin,” ujarnya, seperti dikutip dari bandung.go.id.
Spesialisasi Toto adalah membuat karakter Pandawa Lima dan Panakawan, yang menurutnya paling diminati konsumen. “Karakter Panakawan yaitu Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng paling laku,” jelasnya.
Wayang golek buatan Toto tersedia dalam empat ukuran, mulai dari 20 cm hingga 50 cm. Harganya pun terjangkau, berkisar antara Rp30.000 untuk ukuran terkecil hingga Rp200.000-300.000 untuk ukuran terbesar. Dalam seminggu, ia mampu menyelesaikan 30 hingga 40 wayang dengan bantuan sang istri yang bertugas membuat pakaian wayang.
Karya Toto tidak hanya diminati di Kota Bandung, tetapi juga telah merambah ke berbagai daerah seperti Cikarang, Banten, Karawang, bahkan hingga ke luar Pulau Jawa. “Banyaknya yang beli itu untuk galeri, sampai dari berbagai daerah datang untuk membeli,” ungkapnya.
Kini, putra Toto telah mengikuti jejaknya sebagai perajin wayang golek. Meski demikian, ia mengakui regenerasi perajin wayang golek tidaklah mudah. “Regenerasi agak susah. Karena susah mengukir, banyak menyerah dalam belajar. Semoga semakin banyak yang tertarik menjadi perajin,” harapnya.
Keberadaan perajin seperti Toto menjadi penting dalam melestarikan warisan budaya di tengah derasnya arus modernisasi. Melalui ketekunan dan dedikasinya, ia membuktikan bahwa seni tradisional wayang golek masih memiliki tempat di hati masyarakat.***